Menuju konten utama

Harga Sayur Mayur Meroket di DKI, Pedagang Mengeluh Sepi Pembeli

Harga sayur mayur seperti selada, caisim, seledri, kembang kol hingga sawi mulai mahal di Pasar Kopro, Jakarta Barat.

Harga Sayur Mayur Meroket di DKI, Pedagang Mengeluh Sepi Pembeli
pedagang sayuran melayani calon pembeli di pasar tradisional angso duo, jambi, selasa (10/5). menjelang ramadan harga beberapa jenis sayuran yang umumnya didatangkan dari sumatra barat dan bengkulu di pasar tradisional terbesar di jambi itu naik antara 15-50 persen. antara foto/wahdi septiawan/kye/16.

tirto.id - Harga sayur mayur di Pasar Kopro, Jakarta Barat mengalami kenaikan. Pedagang sayur, Nini (35) mengakui saat ini selada, caisim, seledri, kembang kol hingga sawi mulai mahal.

"Untuk per hari ini ada banyak sayur yang naik, seperti sayuran selada itu naik dari Rp35.000 ke Rp40.000, terus sayur caisim juga naik di harga Rp40.000, kembang kol dari Rp25.000 sampai sekarang Rp30.000," kata Nini saat ditemui Tirto, Senin (29/5/2023).

Kemudian, dia juga merinci harga brokoli juga naik mencapai Rp40.000 sebelumnya Rp35.000. Selanjut, harga oyong, pare, terong juga mengalami kenaikannya mencapai Rp15.000 hingga Rp18.000. Sementara itu, dia menjelaskan kenaikan tertinggi terjadi pada komoditas seledri lokal.

“Seledri ini paling tinggi saat ini, harganya naik dari Rp40.000 ke Rp50.000. ini padahal seledri lokal bukan dari luar, Ini naiknya lumayan sudah sampai Rp50.000, gara-gara sudah mahal seledri saya sampai sedikit yang dibeli oleh konsumen, dan masih banyak ini,” ucapnya.

Nini menuturkan kenaikan harga sayur mayur disebabkan faktor cuaca buruk akhir-akhir ini. Hal itu juga mengakibatkan sebagian petani gagal panen.

“Karena, di Bandung justru beberapa hari yang lalu hujan terus berbeda dengan Jakarta. Karena hujan terus, sayurnya banyak yang gagal panen dan dibuang, serta permintaannya juga tinggi,” ungkapnya.

“Makanya sayur per hari ini jadi mahal. Konsumen kalau mengeluh pasti mengeluh karena harga sayur sekarang mulai naik, tetapi mereka mau tidak mau tetap membeli karena kan kebutuhan mereka untuk di rumah,” tambahnya.

Tidak hanya Nini, Hendra (45) juga mengakui harga sayuran saat ini mulai merangkak naik. Akibatnya, dagangannya pun sepi pembeli.

“Ini stok sayuran saya sebetulnya hari ini saya perbanyak walaupun harganya sedang naik, tetapi malah sepi ibu-ibu yang beli sayuran di saya. Karena sepi, bisa merugi juga ini karena saya udah perbanyak stok, sebetulnya saya banyakin stok sayuran untuk hari ini optimis akan habis, tetapi malah sepi,” tutur Hendra.

Hendra mengatakan hal yang sama mengenai penyebab naiknya harga sayuran. Dia menjelaskan cuaca tidak menentu membuat banyaknya sayuran gagal panen.

“Ini menurut saya karena cuacanya juga labil kemarin, terus sekarang tiba-tiba panas. Nah, ini membuat sayuran banyak yang dibuang sama gagal panen,” pungkasnya.

Pembeli Terpaksa Kurangi Stok Sayur

Di lokasi yang sama, salah satu pembeli, Dinda (48) mengatakan akibat harga sayur mayur naik terpaksa mengurangi stok. Dia pun mengaku putar otak agar tetap bisa membeli kebutuhan pokok lain.

"Sayur hari ini lagi mahal sekali, saya kalau beli di pasar sampai pilih-pilih dulu mana yang paling diperlukan biar tidak buang-buang duit juga. Ini juga karena sayur naik, saya terpaksa harus mengurangi stok juga, yang penting dirumah stok cukup dan tidak kebanyakan," kata Dinda saat berbincang-bincang dengan Tirto.

Sementara itu, dia berharap harga sayur dapat kembali normal. Dia menuturkan jika harga pangan secara terus menerus naik sebagai rakyat kecil akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Saya tidak peduli mau karena cuaca atau apa, harusnya harga sayur bisa stabil atau murah lah, saya soalnya sangat berharap seperti itu. Karena, soal perut itu udah susah urusannya kalau untuk rakyat kecil seperti saya,” jelasnya.

Baca juga artikel terkait HARGA SAYUR MAYUR NAIK atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin