tirto.id - Harga kopra saat ini ditawarkan para pembeli pengumpul di Ambon Rp4.700 per Kg atau kembali turun dibandingkan pekan lalu yang Rp4.800 per Kg sehingga meresahkan petani komoditi perkebunan di daerah ini.
Salah seorang pedagang pengumpul di Ambon, Kiat, Rabu, mengatakan, turunnya harga kopra mengikuti perkembangan harga yang dibeli distributor untuk dipasarkan ke Surabaya, Jawa Timur.
"Kami mengikuti harga yang ditawarkan distributor sehingga berfluktuasi bisa dua kali sepekan," ujarnya.
Dia mengakui, hampir setiap hari didatangi petani untuk menanyakan harga kopra yang ternyata berfluktuasi tidak melebihi Rp5.000 per Kg.
"Para petani mengeluh dengan harga kopra yang berfluktuasi dan tidak melebihi Rp5.000 per Kg sehingga mereka masih enggan menjual komoditi perkebunan tersebut," kata Kiat.
Padahal, saat ini memasuki tahun ajaran baru sehingga biasanya transaksi kopra ramai.
"Para petani mengharapkan harga kopra menembus Rp7.000 per Kg agar bisa dijual untuk memenuhi berbagai kebutuhan," ujar Kiat.
Salah seorang petani asal desa Latuhalat, Chres, mengatakan, berfluktuasinya harga kopra ini tidak pernah mencapai Rp5.000 per Kg sejak Januari 2018.
"Kopra mencapai harga tertinggi di Ambon pada Januari 2018 yakni Rp8.800 per Kg, selanjutnya anjlok di kisaran Rp4.000 - Rp4.800 per Kg," ujarnya.
Padahal, harga kopra di Ambon pernah mencapai Rp10.700 per Kg pada Agustus 2017, selanjutnya anjlok hingga pertengahan Agustus 2018.
Dia mengatakan, berfluktuasinya harga kopra yang saat ini Rp4.700 per Kg tidak menggairahkan petani untuk menjualnya karena keuntungannya rendah dibandingkan biaya produksi.
"Saya memiliki delapan ton kopra, dengan mempekerjakan dua buruh untuk memetik kelapa hingga memproduksinya menjadi kopra. Bila dijual keuntungannya tidak sebanding dengan pengeluaran," kata Chres.
Salah seorang petani asal desa Mamala, kecamatan Leihitu, pulau Ambon, Husein, mengaku belum merasa puas dengan harga kopra yang berfluktuasi.
"Rasanya harga kopra dibeli pedagang pengumpul di kota Ambon berfluktuasi sehingga menunggu hingga mencapai Rp7.000-Rp8.000 per Kg barulah dijual karena memperhitungkan ongkos buruh dan transportasi," ujarnya.
Karena itu, dia mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah, terutama Dinas Pertanian serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) terkait harga kopra yang fluktuatif sehingga meresahkan masyarakat.
"Kami berharap pemerintah bisa mengatur mekanisme perdagangan kopra sehingga para petani tidak dirugikan," kata Husein.