Menuju konten utama

Harga Karet Anjlok, Petani OKI Menjerit

Petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan mengeluhkan anjloknya harga karet hingga berada pada kisaran Rp 3.000 per kilo gram, padahal pada tahun 2011 lalu mencapai Rp 25.000 per kilo gramnya. Apalagi karet menjadi salah satu sumber pendapatan mayoritas masyarakat OKI.

Harga Karet Anjlok, Petani OKI Menjerit
Pekerja memanen getah pohon karet di kawasan perkebunan karet Desa Ballang Riri, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/ama/16

tirto.id - Petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan mengeluhkan anjloknya harga karet hingga berada pada kisaran Rp 3.000 per kilo gram, padahal pada tahun 2011 lalu mencapai Rp 25.000 per kilo gramnya. Apalagi karet menjadi salah satu sumber pendapatan mayoritas masyarakat OKI.

“Dulu saat karet tinggi, warga dusun bisa hidup sejahtera. Tapi kini sulit sekali, untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah tidak dapat memenuhi. Harapannya, pemerintah memberikan solusi semisal mencarikan mata pencarian lain,” kata warga Dusun Sungutan Air Besar, Kecamatan Pangkalanlampam, OKI, Rusnadi, di Kabupaten OKI, Jumat (11/3/2016).

Karena itu, lanjut Rusnadi, masyarakat OKI berharap pemerintah dapat memberikan solusi mengatasi persoalan yang menimpa petani karet di wilayah tersebut.

Tak hanya Rusnadi, petani karet lainnya, Amadi juga mengeluhkan hal yang sama terkait anjloknya harga karet ini. Menurut Amadi, karena harga karet yang murah para petani dalam satu hektare lahan hanya mendapatkan uang kisaran Rp 500.000 hingga Rp 600.000 per bulan.

“Jelas ini tidak cukup, saat ini petani karet dalam keadaan miskin, sudah banyak yang meninggalkan kebun dan kerja jadi buruh. Harapannya pemerintah memberikan bantuan langsung, seperti beras dan sembako,” kata Amadi.

Menghadapi situasi ini, Bupati Kabupaten OKI Iskandar mengatakan, program kedaulatan pangan dapat dijadikan solusi di tengah anjloknya harga karet ini. Program ini bukan hanya meningkatkan kesejahteraan tapi juga menanggulangi kebakaran hutan dan lahan.

“Rencananya pemkab akan membuka 11.000 hektare lahan sawah dalam program cetak sawah 2016,” ujarnya.

Menurut Iskandar, untuk itu warga yang berminat bisa mengusulkan ke pemkab jika ingin lahannya dijadikan cetak sawah, karena pemerintah akan membantu bibit dan pupuk.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Kabupaten OKI Syarifudin mengatakan, program cetak sawah tersebar di tujuh kecamatan anatara lain, Kecamatan Sungai Menang 2.550 hektare, Tanjung Lubuk 1.053 hektare, Teluk Gelam 175 hektare, Cengal 4.200 hektare, Jejawi 500 hektare, Tulung Selapan 1.564 hektare dan Kecamatan Pangkalanlampam 1.000 hektare.

Melalui program ini, OKI memiliki peluang menambah lahan sawah sehingga target produksi padi sebanyak 851.511 ton Gabah Kering Giling dapat tercapai dengan luas lahan panen 186.326 hektare dan luas lahan tanam 195.106 hektare.

“Selain bantuan alat pertanian, pemkab juga membantu mengangsurasikan lahan karena sudah mendapatkan alokasi dana Rp 6,9 miliar,” ungkapnya.

Harga karet di tingkat petani melorot tajam akibat pengaruh krisis ekonomi global yang berimbas dengan penurunan permintaan di pasar dunia terhadap komoditas. Pada 2011, harga karet sempat berada di kisaran Rp 25 ribu per kg seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Cina yakni 9,2 persen.

Baca juga artikel terkait BUPATI KABUPATEN OKI atau tulisan lainnya

Reporter: Abdul Aziz