tirto.id - Asosiasi Petani Garam (APGRI) pasrah menghadapi jatuhnya harga garam di awal tahun 2020. APGRI mencatat di sejumlah wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah, harga garam rakyat menyentuh Rp150 per kilogram. Sementara di Madura harga garam masih di kisaran Rp 300-400/kilogram.
“Benar harga garam di kisaran Rp150 per kilogram di Jabar dan Jateng. Saat ini kami bertahan dengan pasrah pada nasib,” ucap Ketua APGI Jakfar Sodikin saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (10/1/2020).
Jakfar mengatakan meskipun harga garam sedang rendah, petambak tak akan menahan penjualan. Mereka justru berharap kalau stok garam mereka bisa segera habis.
Soal sebab jatuhnya harga garam saat ini, Jakfar menjelaskan pangkal masalahnya tak jauh dari kelebihan pasokan. Ia bilang saat ini penyerapan garam di pasaran cukup rendah alhasil harga garam di tingkat petambak jatuh.
Menurut Jakfar kelebihan pasokan garam ini disebabkan karena adanya importasi garam melebihi kuota. Dari hitung-hitungan sederhana, ia mencontohkan kebutuhan garam nasional mencapai 4,2 juta ton per tahun.
Sementara itu, produksi dalam negeri sebenarnya mampu mencukupi sekitar 2,7 ton per tahun sehingga jumlah garam yang harus diimpor hanya 1,5 juta ton. Namun kenyataannya ia mendapati jumlah importasi garam mencapai 3,7 juta ton selama 2018 dan 2,7 juta ton selama tahun 2019.
“Itulah yang membuat over supply,” ucap Jakfar.
Ia pun mempertanyakan kerja pemerintah yang tak memihak pada petambak seeperti dirinya. Alih-alih menjaga harga dan memastikan penyerapan garam dari petambak terjamin, ia melihat pemerintah malah mempertahankan kuota impor yang besar 2 tahun belakangan.
Ketika ditanya mengenai argumentasi pemerintah dan industri yang mempersoalkan rendahnya kualitas garam petambak, Jakfar menyatakan tak setuju. Ia menilai tak adil bila garam petambak dibandingkan dengan kualitas garam seperti di Australia yang hasil importasinya sudah melalui proses pengolahan yang Panjang.
“Pemerintah? Solusinya saya dengar malah meningkatkan kuota impor. Biar petambak garamnya tambah sekarat,” ucap Jakfar.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan