tirto.id -
Angka
itu naik 52 persen dibandingkan capaian periode sama di tahun sebelumnya sebesar 196,38 juta dolar AS.Pencapaian kinerja laba itu ditopang dengan pendapatan perusahaan yang naik 10,24 persen menjadi 1,77 miliar dolar AS dari sebelumnya 1,61 miliar dolar AS.CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan peningkatan laba bersih di tengah tantangan makro dan ketidakpastian pasar batu bara global itu didorong oleh strategi perusahaan yang berhasil menerapkan disiplin biaya untuk mempertahankan margin yang sehat.Seperti diketahui, Harga Batu Bara Acuan (HBA) masih mencatat tren penurunan sejak tahun lalu.
Juni lalu, HBA sempat menyentuh 71,92 dolar AS per ton, atau merosot 13,2 persen dibanding Juni 2019 yang masih berada di kisaran 81,48 dolar AS per ton. Harga acuan tersebut sekaligus merupakan yang terendah sejak November 2016.
"Walaupun harus waspada terhadap perkembangan industri di tahun ini, kami masih optimistis terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang," ujarnya dalam keterangan tertulis diterima Tirto, Jumat (23/8/2019).
EBITDA operasional baron batu bara itu juga mengalami kenaikan sekitar 17 persen year on year (yoy), menjadi 691 juta dolar, dan mempertahankan marjin EBITDA operasional yang tinggi pada tingkat 39 persen.
"Hal ini sesuai dengan panduan EBITDA untuk satu tahun yang berkisar 1- 1,2 miliar dolar AS," imbuhnya.
Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah RI naik 12 persen yoy, menjadi 189 juta dolar AS karena kenaikan pendapatan usaha.
"Adaro terus memberikan kontribusi positif untuk pembangunan negara dan mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku. Pada semester I/2019, Adaro membayar 356 juta dolar dalam bentuk royalti dan pajak penghasilan badan," pungkasnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Nur Hidayah Perwitasari