tirto.id - Belum lama ini beredar video gumpalan putih menyerupai awan yang diklaim sebagai peristiwa “awan jatuh” di area pertambangan. Salah satu akun dengan nama “Nur Zalim” (arsip) membagikan rekaman ini di laman Facebook-nya pada Sabtu (16/11/2024).
Video lebih dari semenit itu memperlihatkan seorang pria berseragam “Adaro Energy” menghampiri gumpalan putih yang tampak terjun perlahan ke daratan. Sontak pekerja lain di sekitarnya juga turut mengerubungi, beberapa berteriak “awan”. Ada juga yang mencoba menyentuh gumpalan ini, sementara lainnya terlihat merekam kejadian menggunakan gawainya.
Benda putih mengambang yang tampak dalam video serupa awan kinton yang biasa muncul di serial anime Dragon Ball.
“Detik – Detik Awan Jatuh. Lokasi Murung Raya Kalimantan Tengah,” begitu bunyi takarir yang dibubuhkan akun penggunggah, disertai emoji terkejut dan beberapa tagar.
Hingga Jumat (29/11/2024), unggahan ini telah meraup ribuan reaksi, berupa 44.700 likes dan 2.200 komentar. Videonya juga telah dibagikan ulang ke 3.600 orang.
Sejumlah pengguna Facebook serempak mewarnai kolom komentar dengan kalimat-kalimat tasbih dan mendoakan bahwa awan yang jatuh itu bisa membawa berkah. Seorang warganet juga ada yang berceletuk bahwa awan ternyata mirip busa.
Selain di Facebook, Tirto menjumpai klip serupa tersebar di TikTok dan Instagram, seperti bisa diintip di sini dan di sini.
Lantas, bagaimana kebenaran narasi yang beredar?
Penelusuran Fakta
Untuk memverifikasi klaim unggahan media sosial tersebut, Tim Riset Tirto melakukan penelusuran Google dengan kata kunci “awan jatuh di Kalimantan Tengah”. Dari situ kami menemukan beberapa laporan media yang memuat penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang narasi awan jatuh di Kalimantan Tengah.
Seperti dilansir Antara, BMKG menyebut bahwa gumpalan putih yang tampak mengambang dari langit hingga turun perlahan ke permukaan tanah di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, bukan awan jatuh tapi diduga hanya gumpalan uap.
"Fenomena tersebut kemungkinan besar bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas manusia yang terjadi di wilayah pertambangan," ujar Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, di Jakarta, Sabtu (16/11/2024).
Andri menjelaskan, awan tak dapat jatuh ke permukaan dalam bentuk gumpalan padat lantaran partikelnya sangat ringan dan tersebar dengan kerapatan rendah.
Hal ini karena awan merupakan kumpulan tetesan air atau kristal es yang sangat kecil dan ringan, sehingga tetap melayang di atmosfer dengan bantuan arus udara. Partikel awan umumnya menguap sebelum mencapai tanah terutama ketika terjadi perubahan lingkungan.
Dengan demikian, gumpalan putih dalam video disebut Andri kemungkinan besar bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas teknis atau operasional.
Ia bilang, kondisi tersebut bisa terjadi karena adanya pelepasan gas bertekanan tinggi dari aktivitas tambang, yang didukung oleh suhu rendah dan kelembapan tinggi. Dengan demikian lingkungan tersebut mendukung pembentukan uap kondensasi,
Senada, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk, Febriati Nadira, juga menyatakan kalau benda berbentuk awan kinton yang jatuh di tambang milik Adaro di Muara Tuhup, Murung Raya, Kalteng tersebut adalah busa. Busa itu jatuh di tanah diambil pada Jumat (15/11/2024) sekitar pukul 06.00-07.00 WITA.
“Iya benar kejadiannya. Tapi, itu busa,” ujar Nadira, menukil Kompas.com, Sabtu (16/11/2024).
Untuk diketahui, proses terbentuknya awan dimulai dengan udara yang mengalami kenaikan akan mengembang secara adiabatik karena tekanan udara di atas lebih kecil daripada tekanan di bawah.
Udara yang bergerak ke atas kemudian akan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga kelembaban nisbinya (RH) akan bertambah. Akan tetapi, sebelum RH mencapai 100 yaitu sekitar 78, kondensasi telah dimulai pada inti kondensasi yang lebih besar dan aktif.
Perubahan RH terjadi karena adanya penambahan uap air oleh penguapan atau penurunan tekanan uap jenuh melalui pendinginan. Partikel-partikel yang disebut dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan selanjutnya akan membentuk tetes atau titik-titik air. Tetes air selanjutnya mulai tumbuh menjadi tetes awan pada saat RH mendekati 100.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, video gumpalan putih yang tampak terjun perlahan ke permukaan tanah dan diklaim sebagai detik-detik awan jatuh di Kalimantan Tengah bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut peristiwa di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, itu bukan awan jatuh tapi diduga hanya gumpalan uap. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk, Febriati Nadira.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty