Menuju konten utama

Hanya Untuk yang Dewasa

Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebut Indonesia sebagai negara pengakses Pornhub tertinggi. Namun, situsweb resmi mereka pada 2014 menyebutkan Amerika masih yang paling tinggi. Nama Indonesia masuk sebagai negara kedua tertinggi pengakses melalui ponsel. Bagaimana sebenarnya industri porno dunia ini mesti dipahami?

Hanya Untuk yang Dewasa
Ilustrasi. Foto/Shutterstock

tirto.id - Ini barang haram. Jika anda menganggap ini tak punya faedah, merusak moral, dan akan menganggu kekuatan iman anda, baiknya anda berhenti sampai di sini. Artikel ini akan membahas tentang industri pornografi. Tapi jika anda merasa iman anda kuat, tak mudah digoda, mampu menaklukan hawa nafsu, dan hendak memahami industri dewasa ini secara umum, silakan lanjut membaca. Tapi tentu saja, ini sekali lagi khusus dewasa.

Blokir situsweb porno gencar disuarakan. Namun, langkah itu ternyata tak menyurutkan animo warga negara indonesia untuk mencari konten porno. Setidaknya dari hasil pengamatan Google Trend, kata kunci seperti bokep, Japan Adult Video (JAV), dan film porno, angkanya cukup tinggi. Statistik dari 2005 sampai 2014 menunjukkan angka pencarian terkait kata kunci porno atau film porno selalu mengalami kenaikan. Kota besar seperti Jakarta merupakan kota tertinggi pencari kata kunci bokep dan Depok untuk kata kunci JAV.

Tingginya minat penduduk Indonesia dengan film JAV ditangkap sebagai peluang. Pada 2009 sebuah film berjudul Suster Keramas yang diproduksi oleh Maxima Pictures menghadirkan bintang JAV Rin Sakuragi. Tahun berikutnya fenomena serupa juga muncul dengan kehadiran film Menculik Miyabi yang menghadirkan bintang JAV Maria Ozawa. Setelah itu setidaknya ada tujuh bintang film porno yang sempat menjadi cameo atau bintang dalam film Indonesia.

Pornhub, situs porno terbesar di internet, setiap tahun memberikan laporan statistik tentang karakteristik dan data-data terkini dari pengguna situs mereka. Pada 2015 diketahui bahwa pengguna internet menghabiskan 4.392.486.580 jam di internet untuk menonton film porno di situs Pornhub. Itu dua kali lebih lama dari masa hidup homo sapiens di bumi. Tahun ini film porno dengan bintang India dan Indonesia merupakan dua objek yang paling banyak dicari di Pornhub.

Dari data pencarian Similiarweb diketahui pula netizen Indonesia rata-rata menghabiskan waktu selama 3 menit 36 detik untuk menonton film porno di internet . Pornhub juga menunjukkan bahwa warga Indonesia paling banyak mengakses situs porno melalui ponsel ketimbang dekstop. Data-data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi negara yang gemar mengkonsumsi konten porno, terlepas segala kekurangan dan pemblokiran yang dilakukan pemerintah.

Tapi mengapa banyak orang yang terobsesi dengan film porno? Survei yang dilakukan oleh Universitas Arkansas di Amerika Serikat pada 487 mahasiswa laki-laki, menunjukan bahwa film porno memberikan kepuasan lebih bagi mereka ketika melakukan hubungan seks. Film porno membantu mereka melakukan proses seks dan membuat kehidupan seks mereka menjadi lebih baik.

Sayangnya ada kecenderungan bahwa film atau konten porno di internet akan membawa kecanduan yang menganggu. Dalam survei yang dilakukan oleh Robert Weiss, konselor yang fokus pada pemulihan kecanduan seks, diketahui bahwa 87 persen pasangan yang sudah menikah menyebut konten porno di internet merupakan bentuk perselingkuhan.

Meski memiliki banyak faktor buruk, konten porno akan susah dihapus karena ia punya nilai pasar yang demikian besar.

Majalah New York Times menurunkan laporan berjudul “Naked Capitalists: There’s No Business Like Porn Business.” yang menyebutkan bahwa bisnis pornografi dunia memiliki nilai 10-14 miliar dolar setahun. Penulisnya Frank Rich mengklaim bahwa bisnis pornografi dunia lebih besar daripada industri olahraga dunia. Perkiraan angka itu berasal dari studi yang dilakukan oleh Forrester Research. Angka ini sayangnya diragukan kebenarannya.

Forbes merilis data dari Adult Video News (AVN) yang menyebutkan di Amerika saja, industri porno di negara itu bernilai empat miliar dolar. Angka itu hanya untuk sewa dan membeli film dewasa saja. Belum untuk foto, buku, online dan sejenisnya. Sungguh-sungguh menggairahkan bukan?

Baca juga artikel terkait KONTEN PORNOGRAFI atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Teknologi
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti