Menuju konten utama

Hamas Rilis Nama 3 Sandera yang akan Dibebaskan Hari Ini

Hamas menekankan bahwa mereka ingin agar Israel mematuhi ketentuan gencatan senjata lewat pelepasan 3 sandera.

Hamas Rilis Nama 3 Sandera yang akan Dibebaskan Hari Ini
Para sandera yang diculik oleh orang-orang bersenjata Hamas selama serangan 7 Oktober terhadap Israel diserahkan oleh militan Hamas ke Palang Merah Internasional, sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel di tengah gencatan senjata sementara, di lokasi yang tidak diketahui di Israel. Jalur Gaza, (30 /11/2023). Sayap/Handout Militer Hamas via REUTERS

tirto.id - Kelompok militan Hamas merilis nama tiga sandera yang akan dibebaskan Sabtu (15/2/2025) sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan Palestina, setelah menyatakan komitmennya terhadap gencatan senjata dengan Israel.

Sebagaimana dilaporkan oleh Hamas dan dikonfirmasi oleh otoritas Israel, para sandera termasuk warga negara Israel-Amerika Sagui Dekel Chen, 36 tahun, warga Kibbutz Nir Oz di Israel selatan, akan dibebaskan. Chen dilaporkan ditawan saat ia berhadapan dengan militan Hamas pada serangan teror 7 Oktober 2023 di Israel selatan. Dua bulan setelah penangkapannya, istrinya, Avital, melahirkan putri ketiga mereka.

Sasha Troufanov, 29 tahun, juga dari Kibbutz Nir Oz, akan dibebaskan. Ia disandera pada Oktober 2023, bersama ibunya Elena, neneknya Irina Tati, dan pacarnya Sapir Cohen, yang semuanya dibebaskan dalam kesepakatan pembebasan sandera sebulan kemudian. Ayahnya, Vitaly, tewas dalam serangan Hamas. Keluarga tersebut beremigrasi ke Israel dari Rusia 25 tahun lalu.

Sandera ketiga diidentifikasi sebagai warga negara Israel Argentina, Iair Horn, 46 tahun, juga dari Kibbutz Nir Oz. Ia diculik pada 7 Oktober bersama saudaranya Eitan, yang tidak termasuk dalam pembebasan sandera kali ini.

Pembebasan sandera sempat diragukan setelah Hamas menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dan mengancam akan kembali berperang.

"Kami tidak tertarik dengan runtuhnya perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, dan kami ingin agar perjanjian tersebut dilaksanakan dan memastikan bahwa pendudukan [Israel] mematuhinya sepenuhnya," kata juru bicara Hamas, Abdel-Latif al-Qanoua, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (15/2/2025).

Qanoua juga mengkritik apa yang disebutnya sebagai "bahasa ancaman dan intimidasi" dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dengan mengatakan bahwa hal tersebut tidak membantu pelaksanaan gencatan senjata.

Pemerintah Israel kemudian menegaskan kembali bahwa Hamas harus membebaskan tiga sandera akhir pekan ini.

"Jika ketiga orang itu tidak dibebaskan, jika Hamas tidak mengembalikan sandera kami pada Sabtu siang, gencatan senjata akan berakhir," kata juru bicara pemerintah Israel, David Mencer.

Hamas awal minggu ini menuduh Israel melanggar kesepakatan dengan melanjutkan serangan udara terhadap orang-orang di Gaza dan memblokir bantuan. Kelompok itu mengatakan akan menunda pembebasan sandera.

Netanyahu mengatakan pertempuran akan berlanjut jika lebih banyak tawanan tidak dibebaskan pada Sabtu, sementara Trump mengatakan pada Senin bahwa "semua akan kacau" jika sandera tidak dikembalikan.

Sementara itu, pada hari Rabu lalu, setelah Israel memanggil pasukan cadangan militer, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengulangi peringatan Trump.

"Jika Hamas menghentikan pembebasan sandera, maka tidak ada gencatan senjata, dan yang terjadi adalah perang," katanya. Ia menambahkan bahwa pertempuran akan semakin sengit dan akan "memungkinkan terwujudnya visi Trump untuk Gaza."

Trump telah membahas rencana di mana Amerika Serikat akan mengambil alih Gaza dan warga Palestina di sana akan dipindahkan ke negara lain tanpa hak untuk kembali. Negara-negara lain di kawasan tersebut, termasuk Mesir, Yordania, dan Arab Saudi, telah menolak gagasan tersebut.

Pada hari Kamis (13/2/2025), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, mengatakan bahwa Amerika Serikat ingin mendengar usulan baru dari negara-negara Arab mengenai Gaza setelah rencana Trump mendapat reaksi keras.

"Jika mereka punya rencana yang lebih baik, sekaranglah saatnya untuk menyampaikannya," kata Rubio dalam sebuah acara radio konservatif.

Sejak gencatan senjata mulai berlaku bulan lalu, Hamas, yang oleh Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya ditetapkan sebagai organisasi teroris, telah membebaskan 21 sandera. Israel telah membebaskan lebih dari 730 tahanan.

Perang di Gaza dipicu oleh serangan teror Hamas pada Oktober 2023 terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan penangkapan 250 sandera. Serangan balasan Israel menewaskan lebih dari 48.200 warga Palestina, lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan setempat, yang tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil dalam penghitungannya. Israel mengatakan jumlah korban tewas termasuk 17.000 militan yang telah dibunuhnya.

Baca juga artikel terkait KONFLIK GAZA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz