Menuju konten utama

Halimah Yacob Jadi Presiden Wanita Pertama Singapura

Hari ini Halimah Yacob akan dilantik menjadi Presiden Singapura dan ia akan menyerahkan dokumen pelantikan setelah pukul 11.00 siang waktu Singapura.

Halimah Yacob Jadi Presiden Wanita Pertama Singapura
Halimah Jacob. FOTO/AFP

tirto.id - Lapangan Markas Besar Rakyat di Jalan Besar akan menjadi lautan oranye, Rabu (13/9/207) siang nanti. Para pendukung Halimah datang dengan membawa spanduk dan bunga hari ini untuk memeriahkan pelantikannya menjadi Presiden wanita pertama Singapura.

Diperkirakan lebih dari 1.000 anggota serikat pekerja, warga dan pendukung lainnya akan hadir di pusat nominasi di mana Halimah Yacob akan menyerahkan dokumennya untuk pemilihan presiden setelah pukul 11.00 waktu Singapura.

“Saya tidak sabar untuk mengajukan surat nominasi saya. Ini adalah bagian prosedural yang harus saya penuhi,” ucap wanita berusia 63 tahun itu kepada The Straits Times, Selasa (12/9/2017).

Lanjut Halimah, pekerjaannya sebagai presiden akan dimulai setelah itu.

Hari ini, setelah dia menulis surat-suratnya, Returning Officer, Ng Wai Choong akan mengumumkannya sebagai presiden terpilih setelah siang hari.

Dia akan diapit oleh pengusulnya, para sekunder dan penyumbang, dan tak lupa para pendukungnya. Mereka akan datang dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini merupakan cerminan dari empat dekade Halimah melayani publik.

Siang nanti, para pendukung akan memadati pusat nominasi dengan beratribut oranye. Halimah sendiri memilih warna oranye karena menurutnya warna tersebut merupakan simbol dari kesatuan.

Anggota Serikat Pekerja dan petinggi dari National Trades Union Congress (NTUC) akan mendukung secara penuh Halimah, yang merupakan teman lama mereka dalam memperjuangkan hak-hak pekerja. Dia memulai karirnya dalam gerakan buruh pada tahun 1978, dan kemudian menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal pada tahun 2011.

Warga dari Bukit Batok Timur dan Marsiling, dimana Halimah pernah menjadi anggota parlemen selama 16 tahun terakhir, juga berencana akan datang dan mendoakannya.

Tak hanya itu, perwakilan dari beragam kelompok masyarakat dan agama, yang banyak dikunjungi Halimah selama beberapa minggu terakhir, juga akan bergabung untuk mendukung tugasnya sebagai Presiden Singapura. Komite Pemilu Presiden meminta Halimah melengkapi syarat-syarat tersebut. Ia menjadi harapan sebagian besar warga Singapura karena telah memegang jabatan kunci sebagai Ketua Parlemen sejak 2013.

Dia mengundurkan diri dari jabatan tersebut, sebagai anggota parlemen dan Partai Aksi Rakyat bulan lalu untuk mencalonkan diri dalam pemilihan Presiden.

Pagi ini, Halimah akan tiba di kantor NTUC (National Trade Union Congress) untuk bertemu anggota tim utamanya, termasuk Presiden NTUC, Mary Liew dan anggota serikat veteran, G. Muthukumarasamy, sebelum menuju ke tempat pelantikan.

Di Jalan Besar, sekitar 50 anggota Serikat Pekerja Industri Elektronik dan Elektrik (UWEEI) akan datang membawa spanduk dan peluit. Mereka akan siap pada pukul 09.30 setengah jam sebelum pusat pencalonan dibuka, kata anggota Dewan, Sukartini Mawar.

Lanjut Sukartini, ini adalah hal yang bisa mereka lakukan untuk Halimah, yang merupakan Sekretaris Eksekutif UWEEI dari tahun 2004 hingga 2011, dan hingga kini masih aktif menjadi penasihatnya.

“Dia selalu ada untuk kita, berbicara untuk kita dan memastikan wanita dan pekerja berupah rendah tidak tertinggal,” kata wanita berusia 46 tahun itu. “Sekarang giliran kita yang menunjukkan bahwa kita ada untuknya,” imbuhnya.

Ketua Federasi Taois, Tan Thiam Lye juga akan hadir dengan tujuh orang lainnya untuk membalas ucapan terima kasih kepada Halimah atas kunjungannya ke markas bulan lalu.

Agen Pemilihan Halimah sekaligus pendiri kelompok harmoni antar agama Roses of Peace, Mohamed Irshad menambahkan bahwa banyaknya dukungan terhadap Halimah menunjukkan bukti kemampuannya untuk menginspirasi orang dari semua lapisan masyarakat.

Seorang warga asal Bukit Batok Timur, Roland Tan yang berusia 63 tahun telah membawa buket bunga yang akan diberikan kepada Halimah. Ia berharap bisa berjabat tangan dengan mantan anggota parlemennya selama 14 tahun, serta berfoto bersamanya.

“Ini adalah salah satu sejarah. Dia adalah anggota parlemen yang sangat ramah dan selalu ceria di sana,” kata Roland.

Lanjut Roland, dirinya sempat sedih ketika Halimah dipindahkan ke Marsiling pada pemilu 2015. Namun, kini dirinya senang karena Halimah dapat melayani semua orang Singapura sebagai presiden.

“Saya sedih saat dipindahkan ke Marsiling pada Pemilu 2015, tapi sekarang dia bisa menjaga semua orang Singapura sebagai presiden,” tutupnya.

Baca juga artikel terkait PELANTIKAN PRESIDEN SINGAPURA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Politik
Reporter: Nicholas Ryan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo