tirto.id - Anggota Komisi II DPR Budiman Sudjatmiko mengatakan Indonesia harus bersiap diri menghadapi persaingan di era revolusi Industri 4.0. Ia mengusulkan pembentukan Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Pemerintahan Kecerdasan Buatan. Tujuannya agar Indonesia bisa mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki dalam menghadapi persaingan.
"Indonesia mau jadi penumpang atau memimpin di depan [dalam revolusi Industri 4.0]? Indonesia punya potensi," kata Budiman dalam acara deklarasi Inovator 4.0 di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/9).
Budiman mengatakan salah satu potensi yang ada adalah bergabungnya 200 inovator dari berbagai disiplin ilmu dalam gerakan Inovantor 4.0 tersebut. Mereka terdiri dari polikus, pendidik, tenaga kesehatan, dan wirausahawan sosial yang bermukim di desa, kota, dan luar negeri. Seperti Mariya Mubarika penggagas revisi UU Pendidikan Kedokteran, Cyril Raoul Hakim selaku wirausaha sosial, dan Sabda PS selaku founder Zenius Education, .
"Mereka mau berkumpul tanpa bertanya dapat apa," ujarnya.
Politikus PDIP ini menyampaikan Inovator 4.0 adalah kelompok yang menyadari perkembangan alat bisa jauh lebih cepat dari ide. Jangan sampai, kata Budiman, manusia kalah oleh teknologi. "Amerika punya Silicon Valley, China ada Alibaba. Apa ekspresi teknologi dari Pancasila, inovator mau mencari tahu soal itu," sambung Budiman.
Budiman berharap Inovator 4.0 bisa berperan membangun Indonesia dengan data, penguasaan ilmu pengetahuan, dan menggabungkannya dengan jaringan sosial.
"Abad 21, kerja harus pake data bukan mitos. Karena data adalah data, dirangkai jadi cerita. Mereka yang mencerdaskan individu dan perkakas harus bersatu," kata Budiman.
Presiden Joko Widodo sempat mengingatkan generasi muda harus mengantisipasi perubahan cepat yang akan terjadi dalam masa revolusi industri 4.0.
"Tantangan terbesar saat ini munculnya revolusi insustri 4.0 ," kata Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan anggota Ikatan Mahaaiswa Muhammadiyah di Istana Negara Jakarta, Senin (6/8) seperti diberitakan Antara.
Kepala Negara menyatakan revolusi industri 4.0 menjadi tantangan besar karena kecepatan perubahan yang akan terjadi di masa itu mencapai 3.000 kali lipat dibanding revolusi industri yang pertama.
"Dalam waktu dekat akan ada perubahan terus, ada artificial inteligent, advantage robotic, internet think, big data, ada bitzcoin," katanya.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, semua pihak apalagi generasi muda harus mengetahui hal-hal baru itu.
"Ini harus kita ketahui dan melek betul agar bisa melakukan antisipasi dan tahu apa yang harus kita lakukan," katanya.
Menurut dia, yang bisa mengejar perubahan perubahan seperti itu adalah anak muda, yang di perguruan tinggi.
Editor: Muhammad Akbar Wijaya