tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani berencana menerbitkan recovery bond untuk menghadapi dampak pandemi COVID-19 ke perekonomian.
Namun, ia menegaskan penerbitan surat utang itu adalah upaya terakhir atau last resort dalam menghadapi kekurangan anggaran.
“Kami membuka pintunya, kalau enggak dipakai alhamdulilah. Tapi kalau harus dipakai masuk kita pintu itu, kita bikin rambu-rambu yang hati-hati buat bank sentral,” ucap Sri Mulyani dalam siaran live di akun Youtube Kemenkeu RI, Rabu (1/4/2020).
Recovery bond adalah surat utang yang nantinya akan dibeli oleh Bank Indonesia (BI) atau investor swasta sehingga mengalirkan dana segar untuk pemerintah.
Rencananya, dana segar itu akan digunakan pemerintah untuk menyuntik keuangan perusahaan dengan skema pinjaman atau kredit.
Penjualan surat utang tersebut dilakukan melalui pasar perdana yang sebenarnya tidak boleh dimasuki BI karena kendala regulasi. Namun, di tengah situasi ini Sri Mulyani membuka pintu regulasi itu.
Ia menyatakan penggunaan instrumen ini lebih ditujukan pada antisipasi dan menjaga pasar sehingga tidak panik berlebihan.
“Kita akan definisikan. Saat BI akan masuk itu pasti tidak first resort. Ini back up plan agar mereka bisa rasional dan dapat mungkin rasional,” ucap Sri Mulyani.
Mantan direktur pelaksana bank dunia itu juga mengingatkan bahwa perusahaan yang likuiditasnya sudah memburuk sebelum wabah COVID-19 tak akan disuntik oleh pemerintah.
Ia bilang masih banyak perusahaan yang memang benar terdampak dan perlu ditolong karena mengalami penurunan tajam akibat situasi Corona itu sendiri.
“Jangan semua mendompleng sakit gara-gara Covid kemudian perlu ditolong. Kalau sudah dari sananya sakit ya sudah. Kalau seandainya dia (perusahaan) sakit ya meninggal saja. Jangan sampai membebani fokus kita menyelamatkan ekonomi,” ucap Sri Mulyani.
Sama halnya dengan opsi pembiayaan melalui utang bilateral dan multilateral. Opsi ini katanya adalah last resort karena pemerintah ingin memanfaatkan dulu sumber uang yang ada seperti SAL Rp160 triliun, dana abadi, dana Badan Layanana Umum (BLU).
“Layer-nya banyak banget. Tapi yang paling prudent dulu kita pakai baru sumber lain kalau butuh. tapi kita berharap tidak,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana