Menuju konten utama

Habis Musibah, Terbitlah Tiket Murah

Usai terjadi musibah atau keteledoran yang menimpa sebuah maskapai, harga tiket pesawat maskapai itu akan turun. Seperti yang terjadi pada Citilink akhir Desember lalu.

Habis Musibah, Terbitlah Tiket Murah
Maskapai penerbangan Citilink ANTARA FOTO/Zabur Karuru.

tirto.id - Pada Senin, 26 Desember 2016, harga tiket pesawat paling murah dari Jakarta ke Medan untuk penerbangan 2 Januari 2017 sekitar 800 ribuan. Itu pun jika terbang dengan Lion Air. Kalau memilih terbang dengan Citilink, harga yang harus dibayar lebih dari Rp900 ribu.

Dua hari kemudian, Citilink diterpa persoalan. Penerbangan QG800, dari Surabaya ke Jakarta terpaksa tertunda lebih dari satu jam karena pilot yang diduga mabuk. Saat menyampaikan pengumuman sebelum pesawat lepas landas, suara sang pilot bernama Tekad Putra terdengar tidak jelas, seperti orang mabuk.

Pesawat yang dijadwalkan lepas landas pada 05.15 WIB itu akhirnya baru terbang pada pukul 06.20. Itupun setelah ada pergantian pilot dan para penumpang sempat turun. Tercatat sembilan penumpang memutuskan membatalkan penerbangan.

Kabar ini menjadi viral di media massa dan media sosial. Video rekaman saat sang pilot menyampaikan pengumuman pun tersebar. Dua hari setelah kejadian itu, Direktur Utama Citilink Indonesia, Albert Burhan dan Direktur Produksi Hadinoto Sudigno mengumumkan pengunduran dirinya ke media massa. Sang pilot yang diduga mabuk itu pun dipecat.

Sejak kejadian itu, harga tiket Citilink tampak lebih murah. Pada 31 Desember, harga tiket Citilink dari Jakarta ke Medan untuk penerbangan 2 Januari 2017 yang sebelumnya Rp900 ribuan turun menjadi Rp600 ribuan. Pada hari itu, untuk penerbangan Jakarta-Medan, Citilink menjadi yang termurah di antara maskapai low cost carrier (LCC) lainnya. Ia bahkan lebih murah dari Lion Air dan Sriwijaya.

Turunnya harga tiket pesawat kerap terjadi ketika suatu maskapai tertimpa musibah. Baik musibah kecelakaan ataupun keteledoran oleh oknum, seperti yang dialami Citilink. Malaysia Airline mengalaminya dua tahun lalu.

INFOGRAFIK Kinerja Citilink

Pada 8 Maret 2014, pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airline System Bhd (MAS) terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing, Cina. Setengah jam setelah lepas landas, pesawat masih baik-baik saja dan berada di rute yang seharusnya.

Pukul 1.19 dini hari, pesawat dengan nomor penerbangan MH 370 itu masih mengirim pesan ke menara pengawas. Dua menit berselang, pesawat berhenti mengirim sinyal ke menara, lalu mengubah arah, berbelok tajam ke kiri.

Radar di menara sempat mendeteksi pesawat bergerak ke Barat, kemudian berbelok lagi, tetapi tak jelas, ke Utara atau ke Selatan. Pesawat yang membawa 239 orang termasuk pilot dan awak kabin itu hilang.

Pencarian atas hilangnya pesawat ini berlangsung selama berbulan-bulan. Penyisiran dilakukan hingga ke lautan di sebelah Barat Australia. Tak tanggung-tanggung, perusahaan swasta ikut disewa untuk menyisir dasar laut seluas 55 ribu kilometer persegi. Hasilnya? Nihil.

Belum lagi misteri atas hilangnya MH 370 terjawab, Malaysia Airlines kembali kehilangan Boeing 777-nya pada Juli di tahun yang sama. Pesawat dengan nomor penerbangan MH 17 itu ditemukan jatuh di Ukraina saat terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur. Sebanyak 280 penumpang beserta 15 kru tewas. Setelah investigasi dilakukan, ditemukan fakta bahwa pesawat naas itu ditembak rudal milik Rusia.

Dua kecelakaan beruntun ini membuat Malaysia Airlines kehilangan kepercayaan dari konsumennya. Di tahun 2014 itu, Malaysia Airlines terpaksa membakar $2 juta setiap hari karena mayoritas kursi pesawat tak terisi.

Untuk membantu penjualan, maskapai menaikkan komisi agen penjual tiket di Australia dari 6 persen menjadi 11 persen. Ia juga menawarkan harga tiket separuh dari harga kompetitornya.

Ada tren penurunan jumlah penumpang setelah maskapai mengalami kecelakaan atau hal-hal fatal yang merusak nama baik perusahaan. Maskapai pun biasanya merespon ini dengan menurunkan harga tiket dalam beberapa waktu, sampai masyarakat lupa dan kembali membeli menggunakan jasa maskapai itu.

Baca juga artikel terkait MARKETING atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Marketing
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Suhendra