tirto.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya, menilai permintaan maaf Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada seluruh masyarakat Indonesia di akhir masa jabatannya menunjukkannya sebagai pemimpin yang baik.
"Pak Jokowi pemimpin yang baik, saya kira seperti itu. Setelah akhir masa jabatan, mohon maaf kalau ada kesalahan," katanya, usai pelantikan jajaran pengurus PWNU Jawa Tengah di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Sabtu.
Menurutnya, sebuah kewajaran bagi setiap orang yang mengemban sebuah jabatan sebagai amanah, termasuk dirinya, jika di akhir jabatan meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan.
Sebagai seorang manusia, kata dia, setiap pemimpin tentu memiliki kesalahan dan kekurangan, tetapi tidak kemudian menutupi kebaikan dan manfaat yang dilakukan selama masa kepemimpinannya, termasuk Jokowi.
"Tentu saja lepas dari apapun kekurangannya, kita berterima kasih pada Pak Jokowi karena sudah melakukan banyak hal besar yang akan bermanfaat jangka panjang bagi bangsa dan negara ini," katanya.
Mengenai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, diakuinya memang masih banyak, dan menjadi tugas bagi yang melanjutkan kepemimpinan untuk menyelesaikan persoalan yang tersisa, termasuk generasi yang akan datang.
"Memang jelas masalah enggak akan habis, sampai kapanpun juga, ya itu tugas dari orang-orang yang melanjutkan kepemimpinan untuk menyelesaikan semua masalah yang tersisa, termasuk kita semua ini," katanya.
"Kita harus ikut berjuang karena ini bukan hanya urusan pemerintah, kepentingan pemerintah saja, tapi kepentingan seluruh bangsa ini," pungkas Gus Yahya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan permohonan maaf atas segala salah dan khilaf dalam menjalankan amanah sebagai Presiden RI yang diungkapkannya saat acara “Dzikir dan Doa Kebangsaan” di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/9) malam.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi juga mengatasnamakan Wakil Presiden Ma'ruf Amin memohon maaf di hadapan ribuan undangan pada acara pembuka yang memulai rangkaian kegiatan Bulan Kemerdekaan menjelang HUT RI ke-79.
Jokwi menyadari bahwa sebagai manusia tentunya mereka berdua tidak mungkin dapat menyenangkan semua pihak. Kepala Negara dan wapres mengungkapkan bahwa keduanya tidak mungkin dapat memenuhi harapan semua pihak.
"Saya tidak sempurna, saya manusia biasa, kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Hanya milik Allah, Kerajaan Langit dan Bumi, serta apapun yang ada di dalamnya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu," ungkapnya.
Penulis: Antara
Editor: Irfan Teguh Pribadi