Menuju konten utama

Guru Besar Fisipol UGM Cornelis Lay Meninggal

Guru Besar Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Cornelis Lay meninggal dunia pada Rabu, 5 Agustus 2020.

Guru Besar Fisipol UGM Cornelis Lay Meninggal
Cornelis lay. FOTO/www.ugm.ac.id.

tirto.id - Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Cornelis Lay meninggal dunia pada Rabu, 5 Agustus 2020.

Dekan Fisipol UGM Erwan Agus Purwanto kepada Tirto membenarkan kabar duka tersebut. "Beliau sakit jantung sudah cukup lama, tapi masih aktif mengajar, riset, dan menulis di jurnal internasional," kata Erwan kepada reporter Tirto, Rabu (5/8/2020).

Dalam berita duka yang ditandatangani Erwan, Cornelis meninggal dunia pukul 04.00 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Jenazah disemayamkan di rumah duka Perum Cemara Blok F-13, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Rencananya, almarhum Cornelis Lay akan dikebumikan di kompleks permakaman UGM Sawitsari, Sleman. Sebelum itu, ia akan di semayamkan di Balairung UGM untuk memberikan penghormatan terakhir.

Sebelum jeda libur semester ini, Cornelis, kata Erwan, masih aktif mengajar. Ia juga masih terlibat penelitian. Dalam laman resmi UGM, Cornelis cukup aktif terlibat dalam penelitian. Di tahun 2018, misalnya, ia terlibat dalam tiga penelitian, satu di antaranya dia sebagai ketua peneliti. (https://acadstaff.ugm.ac.id/Conny#prisma)

Cornelis Lay resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (6/2/2019). Akademisi berusia 60 tahun yang juga pengagum Bung Karno ini menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Jalan Ketiga Peran Intelektual: Konvergensi Kekuasaan dan Kemanusiaan" di Balai Senat UGM, Yogyakarta, sebelum pengukuhannya. Berikut ini sejarah hidup Cornelis Lay.

Dilahirkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), tanggal 6 September 1959, Cornelis meniti karier akademis yang cukup panjang. Ia memperoleh gelar Bachelor of Arts (B.A.) dari Jurusan Ilmu Pemerintahan (sekarang Jurusan Politik dan Pemerintahan) Fisipol UGM pada 1984.

Cornelis adalah pengagum berat Ir Sukarno. Maka, semasa menjadi mahasiswa di UGM, ia juga aktif dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Nantinya, Cornelis Lay tercatat sebagai salah satu anggota tim ahli Persatuan Alumni (PA) GMNI.

Dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar, Cornelis Lay berucap, “Untuk Mbak Megawati Soekarnoputri, alm. Mas TK (Taufik Kiemas), dan tokoh-tokoh partai politik terutama dari PDI hingga generasi PDI Perjuangan, ucapan terima kasih saya haturkan untuk rangkaian pengalaman yang saya alami bersama."

Tahun 1987, titel Doktorandus (Drs) melengkapi gelar S1 Cornelis Lay di jurusan dan perguruan tinggi yang sama. Setelah itu, ia menjadi staf pengajar di almamaternya sekaligus peneliti Pusat Antar Universitas (PAU) Studi Sosial.

Cornelis Lay melanjutkan studi di St. Mary’s University, Halifax, Kanada, dan merengkuh gelar Master of Arts (M.A.) dalam bidang International Development Studies pada 1992.

Kembali mengabdikan diri di kampus biru, Cornelis Lay pernah menjabat sebagai Kepala Unit Penelitian serta Pembantu Dekan III Bidang Penelitian dan Kerja Sama (2008-2010) Fisipol UGM.

Sebelumnya, pada 2000-2004, suami dari Jeanne Cynthia Lay Lokollo ini ditunjuk menjadi Kepala Biro Politik dan Pemerintahan Dalam Negeri di Kantor Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri kala itu.

Cornelis Lay adalah peneliti di Pusat Studi Asia Pasifik (PSAP) UGM sejak 2009. Ia juga pernah menjadi peneliti tamu di sejumlah institusi luar negeri, termasuk Flinders University (Australia) pada 1995, Agder College University (Norwegia) pada 2001-2002, Massachussets University (AS) pada 2008, KITLV (Belanda) pada 2010, dan lainnya.

Baca juga artikel terkait CORNELIS LAY atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Humaniora
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Maya Saputri