tirto.id - Gunung Merapi kembali mengalami letusan freatik pada Rabu (23/5/2018) dini hari sekitar pukul 03.31 WIB. Demikian informasi Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta dalam siaran pers yang diterima Tirto hari ini.
Usai statusnya naik menjadi level Waspada, maka hingga saat ini gunung berapi di Sleman itu tercatat sudah dua kali erupsi kecil. Sebelumnya, letusan Merapi terjadi pada pukul 01.47 WIB, Selasa dini hari, 22 Mei 2018.
Dari data BPBD Yogyakata, erupsi freatik ini berlangsung selama 4 menit dengan ketinggian 2.000 meter ke arah barat daya.
“Cuaca saat ini dari Stasiun Meteorologi Pasar Bubar Merapi angin bertiup sedang hingga kencang ke barat daya (Kabupaten Magelang). Status Waspada,” terang BPBD dalam rilisnya.
BPBD juga mencatat wilayah sebaran abu vulkanik di Kabupaten Magelang, antara lain Keningar, Sumber, Ngargomulyo, Ngadipuro, Wates, Kalibening, Dukun, Kota Mungkid, Muntilan, Sawangan, Pabelan, Tempuran, Candimulyo, Ketep, Blabak, Kalinegoro, dan Salaman.
Pada Senin 21 Mei 2018, Gunung Merapi sempat mengeluarkan letusan freatik sebanyak tiga kali dalam sehari, pada 21 Mei 2018. Akibatnya, status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada sejak pukul 23.00 WIB.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta juga membenarkan adanya letusan freatik pada dini hari tadi. Ia mengatakan ada kemungkinan bahwa letusan freatik kali ini merupakan kombinasi dengan letusan magmatik.
"Iya betul. Ada kemungkinan kombinasi magmatis tapi sedang menunggu analisa abu," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso, seperti dilansir Antara.
Meski begitu, BPBD mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan tetap tenang, selalu waspada dalam beraktivitas.
“Gunakan masker dan kaca mata untuk antisipasi jika beraktivitas di luar ruangan,” kata BPBD menegaskan.
Bagi para pendaki Gunung Merapi, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) sementara waktu ini menutup seluruh kegiatan pendakian.
Masyarakat juga diimbau untuk tidak mempercayai dan tidak ikut menyebarluaskan berita hoaks soal letusan Gunung Merapi yang dapat meresahkan.
Editor: Yuliana Ratnasari