Menuju konten utama

Gunung Anak Krakatau Erupsi 49 Kali, Radius Berbahaya Jadi 2 Km

Karena adanya perluasan wilayah berbahaya ini, BNPB mengimbau agar masyarakat dan wisatawan tidak mendekati kawah Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 km.

Gunung Anak Krakatau Erupsi 49 Kali, Radius Berbahaya Jadi 2 Km
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). ANTARA FOTO/Elshinta

tirto.id - Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung kembali mengalami erupsi hingga puluhan kali pada Jumat, 3 Agustus 2018. Karena tingginya aktivitas vulkanis ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperluas radius berbahaya menjadi 2 kilometer (km).

“Gunung Anak Krakatau terus meletus melontarkan abu, pasir, dan lava pijar. Sudah terjadi 49 kali letusan selama 3 Juli 2018 pukul 00.00-06.00 WIB. Radius berbahaya diperluas menjadi 2 km dari sebelumnya 1 km. Meski meletus tetap aman untuk penerbangan dan pelayaran,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (3/8/2018).

Karena adanya perluasan wilayah berbahaya ini, BNPB mengimbau agar masyarakat dan wisatawan tidak mendekati kawah dalam radius 2 km. Namun, hingga saat ini dipastikan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih berada pada Level II (Waspada), demikian informasi dari BNPB yang diterima Tirto.

Gunung berapi yang berada 305 meter di atas permukaan laut ini sebelumnya erupsi pada 12 Juli lalu. Hingga pukul 20.05 WIB, Gunung Anak Krakatau masih mengeluarkan material vulkanik dari pusat kawah. Ada pun material pijar yang dilontarkan jatuh di sekitar tubuh Gunung Anak Krakatau, sementara guguran lava pijar mengarah ke selatan.

Fenomena lain yang terpantau atau dirasakan dari Pos PGA di Pasauran, kawasan Pantai Anyer saat itu adalah bunyi aktivitas letusan dari arah gunung yang cukup keras. Frekuensi kejadian ini pun cukup rapat. Bahkan letusan sempat menggetarkan kaca pada bangunan Pos PGA.

Sutopo sebelumnya juga menyatakan, letusan Gunung Anak Krakatau yang melontarkan abu vulkanik dan pasir, tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang, VONA (Volcano Observatory Notice For Aviation) orange. Jalur pelayaran di Selat Sunda pun dinyatakan tetap aman.

"Letusan Gunung Anak Krakatau adalah hal yang biasa. Gunung ini masih aktif untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi," ujarnya.

Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut pada 1927 dan rata-rata bertambah tinggi 4-6 meter per tahun. Menurut BNPB, energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar, sehingga sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883.

"Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," kata Sutopo.

Baca juga artikel terkait STATUS GUNUNG ANAK KRAKATAU atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari