tirto.id - Yogyakarta mengalami transformasi sosial, dari agraris ke industri, terutama transformasi ke industri kreatif, dan orang-orang mulai berpindah dari pasar ke bidang teknologi dan informasi.
"Terbukti Yogyakarta berada di peringkat kedua setelah Jakarta dalam hal ketersediaan dan kemampuan sumber daya manusianya, artinya di sini banyak orang pintar dan punya talenta. Yogyakarta sarat akan modal manusia berbakat, kaya akan otak yang penuh gizi ide dan kreatifitas," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dalam sambutan pembukaan acara Artjog9, di Jogja National Museum, Yogyakarta, Jumat (27/5/2016)
Sultan mengatakan, sumber daya manusia inilah modal yang membuat industri kreatif di Yogyakarta cepat berkembang.
"Mudah-mudahan ini bukan sebuah beban ekonomi tapi betul-betul perubahan fundamental karena kemampuan orang Yogya sendiri," kata Sultan.
Ia menambahkan, perkembangan industri kreatif sangat ditentukan oleh karya atau kreatifitas individual yang berbasis talenta yang kemudian dipasarkan secara luas. Sultan yakin bahwa Yogyakarta memiliki potensi besar dalam bidang industri kreatif tersebut.
"Jika diringkas, inti industri kreatif adalah industri yang berbasis pada kreatifitas, keahlian dan bakat individu yang bisa dijual secara global tanpa harus membangun pabrik," ujar Sultan.
Sultan menerangkan, jikalau pada abad ke 20 perkembangan dunia ditandai dengan arus besar informasi yang kata kuncinya adalah data, maka pada abad 21 ini, gelombang yang sedang melanda dunia adalah kreatifitas, dengan kata kuncinya ialah ide.
“Dalam Artjog ini, misalnya, juga ada proses seni merupa yang antara lain menyajikan radio astronomi untuk melengkapi sinyal kehidupan di ruang angkasa, sebuah karya kreatif yang berbasis pada modal intelektual yang sebelumnya pun saya tidak bisa membayangkan bagaimana inspirasi ide itu ditemukan oleh para penciptanya," ungkap Sultan.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara