Menuju konten utama

GP Farmasi Sebut RI Kesulitan Pasokan Klorokuin dari India & China

Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) mengatakan pasokan bahan baku maupun obat jenis klorokuin semakin sulit didapat, karena India dan China membatasi ekspor.

GP Farmasi Sebut RI Kesulitan Pasokan Klorokuin dari India & China
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga (kanan) menyerahkan kotak berisi obat Chloroquine kepada Dirut RSPI Sulianti Saroso dr. Moh. Syahril di Jakarta, Sabtu (21/3/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) mengatakan pasokan bahan baku maupun obat jenis klorokuin akhir-akhir ini semakin sulit didapatkan.

GP Farmasi menyatakan dua negara pemasok utama yaitu India dan Cina sedang mengalami masalah karena pandemi Corona atau Covid-19 yang merajalela di dua negara itu.

“Saat ini kami sedang berusaha memperoleh supplier klorokuin dari India, tapi ada kebijakan lockdown terhadap ekspor [khususnya klorokuin],” Direktur Eksekutif GP Farmasi Darodjatun Sanusi dalam rapat Dengar Pendapat (RDP) virtual bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (8/4/2020).

Klorokuin digadang-gadang sebagai obat yang bisa mengobati virus Corona dan menjadi opsi eksperimental di Cina untuk menyembuhkan pasien. Sabtu (21/3/2020) lalu, juru bicara pemerintah dalam penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan pemerintah mendatangkan obat ini untuk menangani pandemi di Indonesia.

Darodjatun menyatakan kebijakan India untuk membatasi ekspor klorokuin memang dapat dimengerti. Pasalnya, negara itu sendiri masih cukup bergantung bahan baku obat ini dari Cina.

Di sisi lain, Cina sendiri belum selesai dalam menghadapi pandemi di negaranya. Alhasil permintaan Indonesia untuk memperoleh bahan baku dan obat klorokuin dari Cina juga sulit ditembus. Menurut laporan anggotanya, “Di Cina kami juga berusaha mendapatkan tapi belum mendapat kesempatan.”

Darodjatun mengatakan dalam situasi ini ia meminta keterlibatan pemerintah mengatasi hambatan kedua negara itu. Ia menyarankan masalah ini diselesaikan secara government to government atau G2G.

“Kami usulkan pemerintah melaksanakan melalui G2G. Kita punya kedutaan besar di dua negara itu. Bisa mendukung kita dalam ketersediaan obat. Mendapat prioritas lokal tapi tetap memperhatikan kebutuhan negara sahabat,” ucap Darodjatun.

Darodjatun bilang saat ini Indonesia sebenarnya sudah mampu memproduksi sendiri klorokuin. Mereka punya pengalaman itu saat Indonesia berhadapan dengan malaria, tetapi produksinya sudah lama turun drastis karena hanya digunakan untuk malaria maupun tergantikan obat lainnya.

Pengusaha farmasi, katanya, mau saja membantu meningkatkan produksi. Bahkan, menurutnya, kapasitas Indonesia bisa lebih besar dari yang saat ini dipegang Kimia Farma sendiri sebanyak 3 juta butir tablet. Namun, mereka mengaku terkendala pendanaan yang salah satunya disebabkan imbas keterlambatan pelunasan BPJS Kesehatan pada rumah sakit.

“Kami ingin mendapat kesempatan untuk melakukan produksi klorokuin agar dapat memasok ke RS juga vitamin yang kini permintaannya sangat tinggi tapi terhimpit dengan kemampuan finansial yang terbatas,” ucap Darodjatun.

Baca juga artikel terkait PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri