tirto.id - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan selama pandemi COVID-19 2020, ekonomi Papua tetap tumbuh. Sementara Papua Barat mengalami kontraksi -0,8%.
“Provinsi Papua adalah satu-satunya provinsi yang tumbuh positif pada 2020, sekitar 2,2 persen. Karena ada sektor yang mampu menahan tekanan dari dampak COVID-19,” kata Suharso dalam rapat kerja bersama Panitia Khusus Papua di Gedung DPR, Kamis (27/5/2021). Sektor yang dimaksudkan ialah pertambangan.
Sementara, pada kuartal I 2021 ekonomi Papua naik 14,3 persen karena harga komoditas di pasar global menyebabkan pengeluaran produksi dan ekspor sektor tambang meningkat. Hal ini berbeda dengan ekonomi nasional yang kontraksi -0,78 persen.
Sedangkan perekonomian Papua Barat sepanjang tahun lalu terkontraksi -0,8 persen, tapi pada kuartal I 2021 ini tumbuh positif 1,5 persen, kata Suharso. Hal ini disebabkan industri pengolahan dan pertambangan mulai pulih.
Suharso melanjutkan, struktur ekonomi Papua mengalami perubahan sejak 20 tahun terakhir, yakni pada 2000, 63 persen share Produk Domestik Regional Bruto terbesar adalah pertambangan dan penggalian. Namun 20 tahun kemudian tambang dan galian itu hanya 28 persen, sebab telah terjadi pergeseran ke sektor perdagangan, konstruksi, listrik, gas, persewaan, dan sebagainya.
“Perubahannya cukup signifikan dan menandakan bahwa tingkat ketergantungan dengan sumber daya alam menurun,” kata dia.
Di Papua Barat, sejak 2003, 32 persen masyarakat mendominasi sektor pertanian dan 18 persen pertambangan. 17 tahun kemudian, perekonomian di provinsi tersebut ditopang oleh industri pengolahan (26 persen) dan pertambangan (17 persen).
Prospek Ekonomi Daerah
Perekonomian Papua pada triwulan I 2021 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditopang oleh kinerja pertambangan dan penggalian, serta didukung oleh proses pemulihan ekonomi pada sektor non-pertambangan. Secara agregat, perekonomian Papua pada tahun ini diproyeksikan tumbuh positif, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2020.
Tingkat inflasi tahunan Papua pada triwulan I 2021 diprediksi menurun dibandingkan perkiraan inflasi akhir tahun 2020. Penurunan inflasi tahunan pada triwulan I 2021 disebabkan oleh masih berlakunya pembatasan aktivitas masyarakat meskipun tidak lebih ketat dibandingkan triwulan IV 2020 yang berakibat pada penurunan konsumsi masyarakat secara umum.
Inflasi Papua secara keseluruhan tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu meskipun tetap dalam rentang target inflasi nasional.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Abdul Aziz