Menuju konten utama

Gempa NTB, Warga Lombok Utara Mengungsi ke Bukit

Akibat gempa NTB pada Minggu (5/8/2018), warga di Kabupaten Lombok Utara mengungsi ke bukit.

Gempa NTB, Warga Lombok Utara Mengungsi ke Bukit
Warga panik ketika terjadi gempa berkekuatan 7 pada skala richter (SR) di Kecamatan Ampenan, Mataram, NTB, Minggu (5/8). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wpa/kye/18

tirto.id - Ismail, seorang tour guide, mengatakan salah seorang temannya yang berada di Kabupaten Lombok Utara telah mengungsi ke bukit karena gempa bumi berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR) yang terjadi pada Minggu (5/8/2018) sekitar pukul 18.46 WIB.

Kepada Tirto, Ismail mengirimkan rekaman suara temannya yang bernama Andi. Dalam rekaman berdurasi 27 detik itu Andi mengatakan dengan suara tersengal-sengal gempa telah meratakan banyak bangunan.

Andi juga mengatakan ia sedang mengungsi di bukit. Terdengar lamat-lamat suara orang lain dalam rekaman itu.

"Sekarang kami lagi mengungsi ke bukit karena air laut sudah naik," katanya dalam rekaman.

Pada pukul 20.51 WIB, Ismail mengatakan kepada Tirto bahwa Andi kini tak bisa dihubungi. Ismail sendiri ada di pusat kota. Ketika gempa terjadi dia sedang ada di ruko. Gempa menyebabkan bangunan retak dan listrik mati-nyala.

Gempa bumi yang melanda Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (5/8/2018) berpusat di darat dengan jarak 18 km barat laut Lombok Timur NTB atau 22 km timur laut Lombok Utara NTB, dan kedalaman 15 km dari permukaan laut.

Dampak gempa dapat dirasakan tidak hanya di NTB, tetapi juga di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, Bali. Hingga Minggu (5/8/2018) malam, berdasarkan rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban jiwa akibat gempa masih dalam pendataan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya sudah merilis pernyataan bahwa gempa ini berpotensi tsunami. Pada Minggu (5/8/2018) malam, peringatan dini tsunami sendiri sudah dinyatakan selesai.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rio Apinino
Penulis: Rio Apinino
Editor: Fitra Firdaus