tirto.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat rugi 213,4 juta dolar AS di sepanjang 2017. Kerugian terbesar Garuda berasal dari kinerja triwulan pertama. Pada periode tersebut, Garuda membukukan rugi bersih 99,1 juta dolar AS. Laba bersih yang mereka capai saat itu pun anjlok sebesar 11.969 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016.
“Fluktuasi daripada jumlah penumpang yang harus diangkut mengalami penurunan yang cukup signifikan di triwulan I. Ini merupakan siklus tahunan kami, namun kami sudah mengantisipasi hal tersebut,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury saat jumpa pers di Jakarta pada Senin (26/2/2018) sore.
Selain karena kinerja yang negatif itu, Pahala menyebutkan sejumlah faktor lain yang turut memengaruhi kerugian Garuda Indonesia.
Pada tahun lalu, Garuda Indonesia juga harus membayar tebusan pajak sebesar 137 juta dolar AS dan denda atas kasus persaingan usaha di Australia sebesar 10 juta dolar Australia. Apabila tanpa mengikutsertakan tebusan pajak dan denda atas dugaan kartel tersebut, kerugian Garuda Indonesia pada 2017 tercatat sebesar 67,6 juta dolar AS.
Lebih lanjut, Pahala turut menyampaikan bahwa meningkatnya biaya bahan bakar avtur berkontribusi pada total kenaikan pengeluaran mereka sebesar 13 persen, dari 3,7 miliar dolar AS menjadi 4,25 miliar dolar AS (year-on-year). Bahan bakar avtur sendiri disebutkan meningkat sebesar 25 persen, dari 924 juta dolar AS menjadi 1,15 miliar dolar AS (year-on-year).
“Untuk fuel terkait sama harganya. Namun tidak hanya karena peningkatan harganya saja, melainkan juga produksi pesawat meningkat sehingga volume konsumsi bahan bakar jadi naik,” ujar Pahala.
Pahala tak menampik, erupsi Gunung Agung di Bali berdampak terhadap kinerja bisnis Garuda Indonesia. “Kami lihat ada. Jumlah penumpang internasional pada kuartal IV (2017) mengalami penurunan dibandingkan di kuartal III (2017). Estimasi pengaruhnya dalam satu hari bisa 1-1,5 juta dolar AS,” jelas Pahala.
Kendati merugi, Garuda Indonesia mengklaim berhasil menekan rugi bersih mereka dari yang sebesar 99,1 juta dolar AS di kuartal I 2017 menjadi 38,9 juta dolar AS pada kuartal II 2017. Di sepanjang Januari-September 2017 pun, kerugian mereka tercatat 222,04 juta dolar AS.
Sementara itu, laba bersih yang berhasil mereka bukukan pada tahun lalu mencapai 70,4 juta dolar AS. Capaian tersebut merupakan hasil akumulasi laba bersih di kuartal III 2017 sebesar 61,9 juta dolar AS dan laba bersih pada kuartal IV 2017 sebesar 8,5 juta dolar AS.
Jumlah penumpang yang berhasil diangkut Garuda Indonesia pun meningkat jadi 36,2 juta penumpang. Kenaikan secara year-on-year terjadi, dari sebesar 23,9 juta tahun lalu menjadi 24 juta penumpang. Sedangkan untuk maskapai Citilink, terdapat kenaikan jumlah penumpang dari 11,1 juta menjadi 12,3 juta penumpang.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH