tirto.id - Ketua Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan guru masih menjadi sasaran janji politik. Salah satu sebabnya, suara mereka bisa mempengaruhi murid.
Dalam masa kampanye ini pasangan calon capres-cawapres berusaha meraih simpati guru demi perolehan suara dalam pemilu mendatang. Misalnya dengan melontarkan wacana gaji guru akan naik menjadi Rp20 juta.
“Artinya guru bisa memengaruhi murid secara langsung atau tidak langsung di dalam kelas. Sehingga ini menjadi hal yang strategis [perolehan suara pemilu],” kata dia di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Minggu (25/11/2018).
Guru juga bisa berperan dalam politik melalui media sosial. Ia mencontohkan jika guru tersebut menjadi rujukan siswa dalam kekritisan atau memiliki pengikut yang cukup signifikan dalam media sosial, bisa jadi pilihan guru terhadap suatu calon pasangan capres-cawapres memengaruhi murid.
Retno mengatakan ada 3,2 juta guru di Indonesia yang dapat dipengaruhi oleh politikus. “Membidik guru bukan hanya 3,2 juta suara tapi membidik puluhan juta suara lainnya. Sebab guru memiliki keluarga dan murid,” terang dia.
Tak heran, lanjut Retno, para politikus akan terus menjadikan guru sebagai wadah potensial dalam politik, khususnya pemilu. Contohnya ketika pilpres 2014, tambah dia, ada isu penghapusan sertifikasi guru jika Jokowi menjadi calon presiden.
“Hingga saat ini sertifikasi tidak dicabut. Tapi itu suatu isu yang membekas di kalangan guru. Saat itu para guru memutuskan tidak akan memilih calon tersebut,” ucap Retno.
Wacana gaji guru Rp20 juta itu dilontarkan Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Mardani Ali Sera. Ia menyebut gaji guru akan naik menjadi Rp20 juta bila pasangan nomor urut 02 itu menang di Pilpres 2019. Ia mengklaim cara ini satu-satunya jalan membenahi kualitas pendidikan.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dipna Videlia Putsanra