Menuju konten utama

Forever 21 Ajukan Berkas Kebangkrutan dan Tutup Ratusan Gerai

Forever 21 tutup ratusan toko di berbagai negara di dunia.

Forever 21 Ajukan Berkas Kebangkrutan dan Tutup Ratusan Gerai
Ilustrasi Forever 21. foto/istockphoto

tirto.id - Lini fesyen yang berbasis di California, Forever 21 akan mengurus berkas kebangkrutan yang pada Minggu (29/9/2019) malam, karena perubahan selera fesyen kalangan muda, New York Times melaporkan.

Perusahaan keluarga tersebut sebelumnya mengeluarkan spekulasi selama berbulan-bulan tentang upaya restrukturisasi dengan mengatakan bahwa perusahaan akan menghentikan operasional di 40 negara, termasuk Kanada dan Jepang. Sebanyak 178 dari 350 gerai akan ditutup.

Meskipun begitu, Forever 21 menyatakan masih akan mengoperasikan situs webnya dan ratusan toko di AS, yang mana mereka adalah penyewa utama di mal-mal tersebut, serta beberapa di Meksiko dan Amerika Latin.

"Yang kami harapkan dari proses ini hanyalah penyederhanaan sehingga kami dapat melakukan hal-hal yang terbaik," kata Linda Chang, wakil presiden eksekutif bisnis fesyen tersebut.

Kedua orangtua Chang, Do Won dan Jin Sook Chang masih menjalankan bisnis ini, sejak pertama didirikan pada 1980-an setelah bermigrasi dari Korea Selatan ke California.

Forever 21, yang semula disebut Fashion 21 didirikan dengan biaya 11 ribu dolar AS, dalam setahun, lini ini meraup pendapatan 700 ribu dolar AS dan dalam waktu tiga dekade pasangan Do Won dan Jin Sook Chang memiliki kekayaan sebesar 6 juta dolar AS, CBS News mewartakan.

Seperti halnya Zara dan H&M, Forever21 memperkenalkan fast fashion yang tren di awal tahun 2000-an dengan harga terjangkau. Namun seiring berjalannya waktu, era digital mulai muncul dan pembeli milenial cenderung memilih toko online.

Lini-lini fesyen ini mulai beralih ke pasar online untuk kembali menggaet pembeli.

"Ada resiko tersendiri bagi fast fashion. Jika retail salah mebaca tren, mereka akan berakhir dengan posisi persediaan yang salah dalam jumlah besar," kata Greg Portell, mitra utama di konsultasi perusahaan AT Kearney.

Permasalah lainnya adalah Forever 21 memiliki terlalu banyak toko di seluruh dunia, yang jika tidak tepat dapat memakan anggaran dan tidak efisien.

Pada masa jayanya, Forever 21 memperluas jaringan tokonya secara agresif di mal-mal dan pusat-pusat perbelanjaan.Toko yang disewa pun biasanya berukuran besar dan memiliki biaya operasional tinggi.

Forever 21 dikabarkan memiliki hutang setara 500 juta dolar AS, berdasarkan pengamat pasar Mintel, sehingga pengajuan berkas kebangkrutan diharapkan dapat membantu penutupan retail di Asia, Amerika, dan Eropa.

Selain itu, perubahan tren fesyen di kalangan muda juga perubahan sosio-kultural masyarakat turut menyumbang kebangkrutan Forever 21. Proses produksi Fast Fashion dianggap menyumbang emisi gas rumah kaca sebanyak 8 persen dalam laporan yang diterbitkan Quantis.

Selain itu, lini ini juga dikenal membantu anak-anak muda kategori sekolah menengah untuk meniru penampilan Ariana Grande dalam album "Thank You, Next". Merasa tidak dimintai izin, Ariana Grande menuntut perusahaan sebesar 10 juta dolar AS.

Baca juga artikel terkait TOKO RITEL atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Bisnis
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora