tirto.id - I am Sam, sebuah filmbergenre drama-komedi yang dirilis pada tahun 2001. Film yang ditulis dan disutradarai oleh Jessie Nelson ini menjadi salah satu film inspiratif hingga saat ini.
Sinopsis I am Sam
Diceritakan seorang single parent bernama Sam (Sean Penn) yang mempunyai IQ layaknya seorang anak berumur 7 tahun atau intellectual disability.
Saat itu Sam harus membesarkan bayi kecilnya yang cantik bernama Lucy (Dakota Fanning) seorang diri karena sang ibu melarikan diri.
Mulanya Sam sangat kebingungan dan kewalahan saat mengurus putrinya. Bahkan di hari pertama kepulangannya dari rumah sakit, Lucy terus menangis hingga Sam sangat frustasi.
Untungnya mereka mempunyai tetangga yang perhatian bernama Annie (Dianne Wiest). Annie selalu membantu mengurus Lucy dan menerangkan banyak hal kepada Sam dengan sabar.
Sam juga memiliki beberapa teman yang sama-sama memiliki disabilitas. Namun, teman-temannya sangat menyayangi Sam dan putrinya, Lucy.
Bahkan ketika Sam hendak membelikan Lucy sepatu baru dan uangnya tak cukup, teman-teman Sam mengumpulkan uang mereka untuk membeli sepatu baru itu.
Kehidupan ayah dan anak ini sangat damai. Sam mampu membesarkan anaknya dengan penuh cinta dan Lucy tumbuh menjadi gadis cilik yang sangat cerdas. Bahkan ia mampu mengerti bagaimana cara menghadapi ayahnya dengan kondisi seperti itu.
Saat Lucy menginjak usia 7 tahun, pihak sekolah khawatir dengan kehidupan Lucy di masa mendatang.
Mereka mempertanyakan bagaimana bisa seorang dengan low IQ membesarkan seorang anak. Mereka khawatir kecerdasan Lucy tak bisa berkembang atau bahkan menurun.
Oleh karena itu pihak sekolah membawa perkara ini ke ranah hukum. Mereka memanggil pihak Departemen Layanan Anak dan Keluarga untuk menangani masalah Lucy. Dan disinilah perjuangan Sam bermula.
Sam menemui Rita Harrison (Michelle Pfeiffer), seorang pengacara yang handal namun terkenal dingin, untuk membantu perjuangannya.
Awalnya Rita tak mau membantunya, namun karna kegigihan Sam yang menemuinya setiap hari. Rita akhirnya bersedia membantu Sam bahkan secara gratis (program pro bono).
Film ini sangat relate dengan kehidupan. Jessie Nelson cerdas dalam menggiring opini penonton lewat karyanya. Penonton akan tergiring ke dua sisi.
Pertama adalah mereka yang pro. Orang yang menyandang disabilitas mampu membina rumah tangganya dengan baik. Disini mengacu pada Sam mampu membesarkan anaknya dengan baik.
Kedua, mereka yang kontra. Bagaimana bisa seorang yang menyandang disabilitas bisa mendidik anaknya dengan baik, bahkan mereka tak mampu mengurus diri mereka sendiri.
Di akhir film ini, Jessie Nelson bisa membuktikan bahwa orang yang memiliki kekurangan juga mampu membesarkan anak mereka. Sam mengatakan bahwa ia tak mampu berhitung, tak mengerti pelajaran, juga tak mengerti pubertas.
Namun ia mampu mengajarkan kasih sayang, cinta, kesabaran, pengertian, dan arti kehidupan kepada anaknya.
Sam juga mengajarkan arti kebersamaan. Bahkan pengacaranya, Rita, sadar akan pentingnya kebersamaan melalui Sam.
Sam mengatakan bahwa ia sangat iri padanya. Rita memiliki rumah yang mewah, suami yang mencintainya, anak yang selalu disisinya. Padahal disisi lain, Rita tak pernah bersyukur atas apa yang telah ia dapat.
Ia tak pernah mau mengerti perasaan anaknya atau dekat dengan anaknya. Hal ini menjadikan cambuk untuk Rita dan juga penonton.
Lewat film ini, penonton akan diajarkan mengenai konsep intellectual disability. Dilansir dari Rooted in Rights, orang yang memiliki disabilitas bisa membesarkan dan mendidik anak mereka dengan baik, bahkan lebih baik daripada orang normal.
Anak mereka akan melalukan lebih banyak pekerjaan dari pada anak-anak pada umumnya. Mereka akan lebih mandiri, memiliki banyak skill, dan tentunya mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan mereka yang sesungguhnya.
Hal ini sejalan dengan opini Jessie Nelson. Dari karakter Sam, orang tua yang memiliki disabilitas mampu mendapat perlakukan dan hak yang sama untuk dapat membesarkan anak mereka. Dari karakter Lucy, anak dari disabled people, mampu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan mandiri.
Film ini mendapat rating 7.7/10 di IMDb dari total 141,724 user. Di Rotten Tomatoes mendapat score 87% dari 301,021 audience.
Penulis: Ita Kunnisa Aniyavi
Editor: Dhita Koesno