tirto.id - Pada suatu pagi yang sepi, sepasukan polisi mendobrak pintu rumah keluarga Miller.
Teriakan dan tangisan terdengar bersahut-sahutan, seiring kebingungan menghujani keluarga Inggris tersebut.
Serial pendek produksi Netflix berjudul Adolescence (2025) ini berpusat pada kisah anak laki-laki berusia 13 tahun Jamie Miller, diperankan dengan cemerlang oleh Owen Cooper.
Jamie ditangkap polisi atas tuduhan melakukan pembunuhan dengan pisau terhadap teman sekolahnya bernama Katie.
Penggambaran Jamie sebagai anak yang polos di mata kedua orang tuanya ditunjukkan dengan adegan ia mengompol ketakutan saat mendapati sejumlah polisi memasuki kamarnya.
Namun demikian, citra lugu Jamie tidak bertahan lama. Penonton akan segera dihadapkan dengan realitas tentang perilaku Jamie yang intimidatif, pemarah, kasar—jika bukan manipulatif.
Bagian-bagian diri Jamie itulah yang ternyata tidak pernah dilihat atau bahkan disadari oleh ayah dan ibunya.
Sampai akhir cerita, kedua orang tua Jamie terlihat masih kesulitan memahami apa yang mendorong Jamie mampu melakukan hal yang sungguh tidak terduga itu.
Sutradara Philip Barantini menyorot generational gap, kesenjangan dua generasi yang begitu besar, dalam situasi dunia yang sama sekali berbeda.
Namun, kesenjangan generasi bukan satu-satunya isu yang diangkat dalam cerita.
Jamie tumbuh bersama budaya internet yang memudahkannya mengakses informasi terkait dengan praktik-praktik misogini—kebencian terhadap perempuan—dan kultur involuntary celibate (incel).
Orang-orang yang terpapar kultur tersebut pada akhirnya akan terbiasa dengan narasi kejahatan yang menargetkan perempuan, dari tindakan kekerasan sampai femisida atau pembunuhan perempuan.
Ancaman Misoginis Kaum Incel di Dunia Nyata Incar Generasi Muda
Tercatat, terdapat enam korban meninggal dan 14 korban luka-luka dalam kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Elliot Rodger di Isla Vista, California pada 2014 silam.
Rodger dalam manifestonya mengungkapkan bahwa dia ingin menghukum pihak-pihak di sekitarnya yang dianggap membuatnya jadi incel: perempuan-perempuan yang tidak tertarik secara seksual padanya, termasuk laki-laki yang atraktif sehingga berhasil mendapatkan pasangan.
Incel atau selibat tak sukarela adalah sebuah subkultur laki-laki yang tumbuh subur dari dunia digital.
Laki-laki pengikut subkultur incel tidak mampu menemukan pasangan kekasih atau seksual meskipun menginginkannya. Situasi ini juga biasa disebut sebagai inceldom.
Ketidakmampuan tersebut membuat laki-laki incel mengerahkan kemarahannya kepada perempuan, terutama perempuan yang dianggap lebih sukses dibandingkan mereka.
Kasus Rodger tentu bukan satu-satunya.
Stephen Graham, berperan sebagai ayah Jamie sekaligus penulis naskah serial Adolescence, menuturkan bahwa ide menggarap serial ini muncul setelah dia membaca berita pembunuhan anak perempuan yang dilakukan oleh anak laki-laki dengan senjata utama pisau—persis seperti dilakukan Jamie terhadap Katie.
Pemilihan pisau sebagai senjata pembunuhan kemungkinan diambil dari meningkatnya kekhawatiran terhadap penggunaan alat dapur ini dalam tindak kriminal yang dilakukan oleh anak-anak muda di Inggris, seperti pernah dilaporkan oleh The Conversation.
Graham lantas menghubungkan kriminalitas pisau dengan keberadaan manosphere—sebuah ruang yang mendukung, mempromosikan, dan menormalisasi perilaku-perilaku misgoni dan serangan terhadap perempuan, terutama dari kalangan feminis, di komunitas daring.
Manosphere memopulerkan konsep tentang “red pills—pil merah” hingga “truth group” di kalangan anak muda.
Red pills, truth group, teori 80:20 adalah istilah-istilah yang berkembang di internet.
Dalam usaha mencari tahu motif pembunuhan Katie, Detektif Luke Bascombe (diperankan oleh Ashley Walters) mengalami kesulitan menerjemahkan simbol-simbol yang bertebaran di akun Instagram Jamie tersebut.
Bascombe baru memahami gambaran umum apa yang terjadi antara Jamie dan Katie ketika anak laki-lakinya, yang kebetulan satu sekolah dengan Jamie dan Katie, memberikan sejumlah petunjuk.
Berdasarkan penelitian Angus Lindsay dalam Swallowing the Black Pill(2022), red pills merujuk pada istilah yang muncul dalam film fiksi ilmiah The Matrix (1999).
Menyetujui red pills sama artinya dengan menyadari bahwa gerakan feminis hadir di muka Bumi untuk menyunat hak laki-laki, alih-alih mengkampanyekan kesetaraan bagi semua gender.
Dalam bayangan kaum incel, tulis Angus, laki-laki merasa berhak memanipulasi dunia demi keuntungan kelompok mereka sendiri.
Nah, sayangnya, bergabung dalam lingkaran manosphere sangatlah mudah bagi generasi muda yang sehari-hari telah terbiasa dengan pemakaian internet.
Jamie, bersama beberapa teman sekolahnya, terjerumus ke dalam jurang perkumpulan incel tanpa sepengetahuan dan sepengawasan orang tua maupun pihak sekolah.
Pertanyaan menarik selanjutnya, bagaimana bisa doktrin yang mendeklarasikan laki-laki sebagai makhluk utama di dunia ini mendorong Jamie sampai mampu melakukan kejahatan pembunuhan?
Situasi kompleks tersebut menjadi lebih terang di episode 3, yang menyorot percakapan antara Jamie dengan Psikolog Briony Ariston (diperankan Erin Doherty).
Pada episode ini, Ariston berupaya menjelajahi pikiran maskulin Jamie: bagaimana ia memandang perempuan dan perasaannya sebagai laki-laki.
Kepada Ariston, remaja tersebut mengaku ia adalah bagian dari kelompok buangan yang tidak cukup menarik untuk menggaet perhatian anak-anak perempuan di sekolah.
Jamie bahkan mendeskripsikan dirinya jelek dan tidak populer.
Apa yang dialami dan dirasakan oleh Jamie sejalan dengan temuan Ruth Rebecca Tietjen dan Sanna K. Trikkonen dalam studi bertajuk “The Rage of Lonely Men” (2023).
Incel menggambarkan diri mereka sebagai orang luar dalam sirkel pertemanan yang lebih luas.
Dari perspektif incel, kemampuan menjalin hubungan intim menjadi salah satu instrumen untuk meraih sukses dalam lingkup sosial.
Sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, Elliot Rodger menunjukkan kecenderungan yang sama dalam manifesto setebal 100 halaman lebih berjudul My Twisted World.
“Memiliki sirkel pertemanan bakal membantuku bertemu cewek-cewek, dan itu satu-satunya cara untuk mendapatkan undangan ke acara-acara keren di kampus. Namun tak ada satupun yang mau jadi temanku.”
“Kalau saja ada satu cewek cantik yang setidaknya mau memberikan kesempatan dan berusaha mengenalku, semuanya pasti akan berbeda. Tapi cewek-cewek itu terus memperlakukanku dengan remeh.”
Yang kita tahu selanjutnya, Rodger menjadi pelaku pembunuhan massal.
Yang kita tahu selanjutnya, Jamie Miller menusuk Katie sebanyak tujuh kali dengan pisau.
Penulis: Erika Rizqi
Editor: Sekar Kinasih