tirto.id - Seluruh masyarakat di dunia tengah berkabung setelah negara Turki dan Suriah diguncang gempa dahsyat berkekuatan 7,8 SR yang meluluhlantakkan sejumlah bangunan, dan menyebabkan korban jiwa hingga mencapai 4.000 jiwa lebih pada Senin pagi, 6 Februari 2023.
Seperti diberitakan CBS News, para pejabat Turki dan Suriah mengatakan, korban gempa dahsyat itu diperkirakan akan terus bertambah. Kedua negara meminta pemerintah beserta lembaga-lembaga internasional agar memberikan bantuannya.
Setelah guncangan itu, sekitar 5.600 bangunan di Turki hancur. Sementara di barat laut Suriah, menurut juru bicara PBB, Stephane Dujarric, sekitar 224 bangunan hancur.
Gempa Suriah dan Turki itu, menurut laporan CBS News, terasa pertama sesaat fajar hendak muncul di tengah-tengah hujan dan salju yang tengah melanda. Bahkan, guncangan tersebut terasa hingga Kairo, Siprus, Lebanon, hingga ke Greenland dan Denmark.
Menurut Kementerian Kesehatan Suriah, gempa Suriah ini menelan korban tewas sekitar 711 orang serta 1.431 orang luka-luka tertimpa sejumlah bangunan yang roboh akibat guncangan dahsyat.
Akan tetapi, menurut kabar terbaru dari tim penyelamat dan pemerintah Suriah mengatakan bahwa korban tewas dan luka semakin bertambah seiring berlangsungnya proses evakuasi. Tercatat hingga kini sekitar 1.293 warga Suriah tewas.
Menurut laporan AP News, Suriah yang tengah dilanda perang meminta bantuan kepada PBB dan semua anggotanya untuk melakukan penyelamatan, memberikan layanan kesehatan, tempat tinggal serta bantuan makanan.
Duta Besar Suriah untuk PBB, Bassam Sabbagh meminta PBB meyakinkan berbagai pihak untuk memberi bantuan karena kondisi sedang sulit. Lantas seperti apa profil negara Suriah.
Profil Suriah yang Dilanda Gempa
Mengutip BBC News, Suriah merupakan suatu wilayah yang sempat mengalami invasi serta kependudukan dari Romawi, Mongol, hingga Turki selama berabad-abad.
Suriah disebut-sebut sebagai rumah bagi beragam kelompok etnis dan agama. Negara yang ibukotanya terletak di Damaskus itu, mendapatkan hak kemerdekaannya dari Perancis pada tahun 1946, dengan populasi jiwa mencapai 21,1 juta.
Di wilayah seluas 185.180 kilometer persegi itu, penduduknya didominasi oleh masyarakat beragama Islam dan Kristen di bawah kursi kepemimpinan saat ini yakni, Presiden Bashar Al-Assad.
Keberagaman masyarakat di Suriah, memicu lahirnya lanskap media yang kompleks serta dinamis, yang terbagi ke dalam media pro-pemerintah dan media yang dikelola oleh kelompok bersenjata dan oposisi.
Mengutip Britannica, Suriah terletak timur Laut Mediterania di barat daya Asia. Wilayahnya terdiri dari Dataran Tinggi Golan yang telah diduduki Israel sejak 1967.
Situasi politik di Suriah sangat tidak stabil, salah satu pemicunya adalah gesekan antar kelompok sosial, agama, hingga politik.
Presiden Suriah, Bashar al-Assad memiliki gaya pemerintahan otoriter seperti ayahnya di masa lalu, yakni Hafez al-Assad. Bashar disebut sempat menggunakan militer dan dinas keamanan Suriah guna menumpas perbedaan politik.
Akan tetapi, ketegangan internal yang telah lama ditekan itu justru memicu pecahnya Perang Saudara Suriah pada tahun 2011 lalu.
Tak heran, keberagaman etnis dan kelompok hingga agama di Suriah kerap memicu perang. Selain itu, zona teritorial Suriah ditandai dengan berbagai pegunungan tinggi dan kecil yang menjadi perbatasan dengan negara tetangganya seperti Turki.
Di negara ini, Sungai Eufrat sangat dikenal karena menjadi sumber air yang paling penting di Suriah, di mana alirannya berasal dari Turki. Suriah termasuk salah satu negara yang memiliki tingkat kegersangan lumayan tinggi. Hal tersebut memicu kualitas tanah di Suriah jadi terganggu.
Menurut sejarahnya, mengutip Britannica, etnis dan bahasa yang ada di Suriah disebut sebagai hasil pengaruh bangsa Semit di Arab dan Mesopotamia-Aramia, Asyur, Kasdim, dan Kanaan, serta sebagian kecilnya ada pengaruh juga dari etnis Yunani dan Romawi.
Tak heran jika masyarakat Suriah sangat beragam, meski penggunaan bahasa utamanya yakni Bahasa Arab. Meskipun demikian, penduduk Suriah didominasi oleh umat Muslim Sunni yang lebih besar sepertiga dari populasi Muslim Suriah, dan umat Kristen yang berjumlah sekitar sepersepuluh dari populasi penduduk Suriah.
Selain itu, sisa-sisa peninggalan prasejarah paling awal umat manusia ditemukan di Suriah dan Palestina, yang berasal dari Periode Paleolitik Tengah.
Saat ini, sejumlah negara tetangga, serta anggota PBB, tengah berlomba memberikan bantuan terhadap Suriah dan Turki yang tengah dilanda gempa dahsyat berkekuatan 7.8 skala Richter pada Rabu pagi, 6 Februari 2023, yang menelan hingga 4.000 lebih korban jiwa.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto