Menuju konten utama

Fakta-Fakta Broken Heart Syndrome, Gejala dan Penyebabnya

Broken heart syndrome terjadi saat seseorang mengalami stres fisik atau emosional yang mendadak. Berikut fakta-faktanya.

Fakta-Fakta Broken Heart Syndrome, Gejala dan Penyebabnya
Ilustrasi Patah hati. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Sindrom patah hati atau broken heart syndrome adalah masalah otot jantung melemah yang terjadi secara cepat saat seseorang mengalami stres fisik atau emosional yang mendadak. Ketika sebagian otot jantung tidak berfungsi dengan baik, bagian lain dari jantung harus bekerja lebih keras untuk mengimbanginya.

Dikutip dari Cleveland Clinic, otot jantung yang melemah ini dapat mengganggu suplai darah dan kemampuan jantung untuk memompa.

Jika jantung tidak memompa darah dengan efektif, hal ini dapat membahayakan seluruh tubuh karena setiap sel dalam tubuh membutuhkan pasokan oksigen yang dibawa oleh darah.

Kondisi sindrom patah hati atau yang juga dikenal dengan takotsubo syndrome (kardiomiopati takotsubo), dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Dengan pengobatan, sebagian besar orang dapat pulih sepenuhnya.

Untuk memahami lebih dalam tentang apa itu broken heart syndrome, artikel ini akan menjelaskan mengenai penyebab, gejala dan cara mengatasi sindrom patah hati.

Penyebab Broken Heart Syndrome

Penyebab pasti sindrom patah hati masih belum sepenuhnya dipahami. Dilansir dari situs Mayo Clinic, para ahli menduga bahwa lonjakan hormon stres seperti adrenalin dapat merusak jantung untuk sementara waktu pada beberapa orang.

Bagaimana hormon-hormon ini dapat merusak jantung atau apakah ada faktor lain yang berperan, juga masih belum jelas.

Penyempitan sementara pada arteri besar atau kecil di jantung mungkin berperan dalam perkembangan sindrom patah hati. Selain itu, perubahan struktur otot jantung juga dapat terjadi pada penderita sindrom ini.

Kejadian fisik atau emosional yang intens sering kali mendahului munculnya sindrom patah hati. Segala sesuatu yang menyebabkan reaksi emosional yang kuat dapat memicu kondisi ini.

Dikutip dari situs Mayo Clinic dan Cleveland Clinic, beberapa penyebab broken heart meliputi:

  • Penyakit mendadak seperti serangan asma atau COVID-19.
  • Operasi besar.
  • Patah tulang tiba-tiba.
  • Pertengkaran hebat.
  • Kesedihan akibat kematian orang yang dicintai atau kehilangan besar lainnya (hubungan, rumah, uang, atau hewan peliharaan kesayangan).
  • Berita baik (pesta kejutan, memenangkan lotre).
  • Berita buruk.
  • Peristiwa traumatis seperti kecelakaan atau gempa bumi.
  • Ketakutan yang intens (berbicara di depan umum, perampokan bersenjata).
  • Kemarahan yang ekstrem.
  • Nyeri yang parah.
  • Peristiwa fisik yang sangat melelahkan.
  • Masalah kesehatan, termasuk serangan asma, kesulitan bernapas, kejang, stroke, demam tinggi, gula darah rendah (hipoglikemia), kehilangan darah besar, atau operasi.

Gejala Broken Heart Syndrome

Dinukil dari Cleveland Clinic, gejala sindrom patah hati bisa muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengalami peristiwa yang penuh stres.

Pelepasan hormon stres dapat melumpuhkan otot jantung sementara waktu, sehingga menimbulkan gejala yang mirip dengan serangan jantung. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas dan nyeri dada.

Akan tetapi, pada sindrom patah hati, tidak ada penyumbatan arteri koroner dan biasanya tidak terjadi kerusakan jantung permanen. Selain itu, seseorang yang mengalami broken heart syndrome biasanya dapat pulih dengan cepat dan sepenuhnya.

Berikut ini beberapa gejala dan tanda sindrom patah hati:

  • Nyeri dada (angina) yang tiba-tiba dan parah - gejala utama.
  • Sesak napas - gejala utama.
  • Melemahnya ventrikel kiri jantung Anda - tanda utama.
  • Detak jantung tidak teratur (aritmia).
  • Tekanan darah rendah (hipotensi).
  • Jantung berdebar-debar.
  • Pingsan (sinkop).

Cara Mengatasi Sindrom Patah Hati

Cara mengatasi sindrom patah hati dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat tertentu. Meskipun tidak ada obat untuk sindrom patah hati (kardiomiopati takotsubo), sebagian besar orang sembuh total setelah minum obat.

Sebagian besar penderita sindrom patah hati mulai merasa lebih baik dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah menerima perawatan. Masih dinukil dari Cleveland Clinic, beberapa pengobatan untuk perawatan sindrom patah hati adalah sebagai berikut:

  • Aspirin untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah pembekuan darah.
  • Penghambat ACE (enzim pengubah angiotensin) atau ARB (penghambat reseptor angiotensin) untuk menurunkan tekanan darah dan melawan peradangan.
  • Beta-blocker untuk memperlambat detak jantung Anda.
  • Diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan.
  • Jika jantung Anda memerlukan bantuan untuk memompa, Anda mungkin memerlukan pompa balon intra-aorta atau alat bantu ventrikel kiri. Hal ini jarang terjadi.
Segera hubungi penyedia layanan kesehatan jika terjadi gejala baru atau terjadi perubahan dalam gejala yang sudah ada, terlebih bila mengganggu rutinitas harian. Penyedia layanan kesehatan dapat memberikan saran dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan.

Baca juga artikel terkait GWS atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dhita Koesno