tirto.id - Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menyebut keputusan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto menggalang dana politik dari publik lantaran bisnisnya sedang terhambat sehingga finansialnya seret.
"Saya mendengar malah bisnis-bisnisnya pun seperti dihambat. Akhirnya enggak punya uang, begitu mau maju lagi dari mana sumbernya? Enggak ada pembiayaan," kata Fahri, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (25/6/2018).
Hal itu, kata Fahri, ditambah lagi dengan posisi Prabowo yang tidak sedang berkuasa sehingga susah untuk mengumpulkan sumbangan. Padahal, kata Fahri, untuk berkontestasi politik di Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar, bahkan mencapai triliunan rupiah.
"Minimal Rp3 triliun. Ada yang bilang paling minimal Rp2,5 triliun. Rp2,5 triliun ini dari mana? 0 nya 12 itu bos, dari mana duit itu. Itu yang membuat dia bingung," kata Fahri.
Secara terpisah, Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani menyatakan, sampai Minggu malam (24/6/2018) dana sumbangan yang terkumpul untuk Prabowo sebesar Rp296 juta. Dengan rincian sumbangan masuk terbesar Rp15 juta dan terkecil Rp1000.
"Itu dari berbagai macam, aneka rupa, aneka lapisan masyarakat yang memberikan support terhadap perjuangan itu," kata Muzani, di Rumah Dinas Ketua MPR Zulkifli Hasan, Widya Chandra, Jakarta Selatan, Senin (25/6/2018).
Wakil Ketua MPR ini pun yakin dana tersebut semakin bertambah seiring waktu dan mencukupi untuk menjadi modal politik Gerindra dan Prabowo menuju Pemilu 2019.
"Santai saja. Ini baru tiga hari. Masih on going process," kata Muzani.
Lebih lanjut, Muzani menyatakan, pihaknya akan melaporkan akuntabilitas setiap dana yang masuk kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan ke publik secara terbuka.
Ada pun Prabowo menggalang dana melalui laman Facebook resmi miliknya pada Kamis (21/6/2018) melalui video berdurasi lebih kurang 40 menit.
"Saya merancang suatu program pencari dana dari rakyat langsung, dari pendukung-pendukung saya, dan pendukung-pendukung Gerindra. Saya namakan @GalangPerjuangan," kata Prabowo.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Alexander Haryanto