tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional baru mencapai 11,2 persen per 2020. Angka ini masih di bawah target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 13,4 persen.
Sisa bauran energi pada tahun 2020 masih didominasi oleh energi fosil. Terbanyak 38,04 persen batubara, 19,16 persen gas bumi, dan 31,60 persen minyak bumi.
“Pemanfaatan EBT baru 11,2%, 38% batu bara, gas 19,2%,” ucap Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Senin (22/3/2021).
Arifin menyatakan pemerintah akan berupaya meningkatkan bauran energi ini. Bahkan mempercepat peningkatannya sehingga EBT mampu mencapai target 23 persen dari total bauran energi pada 2025.
Ada sejumlah upaya. Misalnya mendorong pembangunan EBT yang cepat selesainya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Bahan Bakar Nabati (BBN). Sejumlah rencana subtisusi energi primer juga tetap akan dilanjutkan seperti penggunaan B30, co-firing, dan pemanfaatan refuse-derived fuel (RDF) alias sampah. Ada juga pemanfaatan EBT non listrik seperti briket, woodchip, pellet, dan pengolahan dan pengeringan produk pertanian.
Menurut Arifin target 23 persen itu masih memungkinkan dicapai. Pasalnya selisih antara realisasi dan target tahunan EBT semakin mengecil. Semula target vs realisasi 2015 berbanding 9,8% dan 5,9% tetapi pada 2020 13,4% dan 11,2%.
Meski demikian, hal ini tentu akan cukup menantang. Pada 2021 misalnya Indonesia harus mampu meningkatkan bauran ke 14,5%, 15,7% pada 2022, 17,9% pada 2023, dan 19,5% 2024 hingga mencapai 23% per 2025.
“Ke depan peran EBT naik dari 23% di tahun 2025 tren pertumbuhan dan capaian makin kecil dampak dari percepatan EBT yang cepat adanya PLTS dan bahan bakar nabati,” ucap Arifin.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Restu Diantina Putri