tirto.id - Menteri BUMN Erick Thohir menyindir besarnya belanja modal atau capital expenditure (capex) PT PLN yang mencapai sekitar Rp100 triliun. Menurut Erick jumlah itu harus dipangkas lantaran kerap menjadi ladang permainan “proyek” di perusahaan listrik pelat merah itu.
Beberapa waktu lalu sudah ada dua eks Direktur Utama PT PLN yang terjerat kasus korupsi dalam suatu proyek. Mantan Dirut PT PLN Sofyan Basir sempat terjerat kasus korupsi PLTU Riau-1. Ia dicokok KPK dalam operasi tangkap tangan (OTT) dan menjalani persidangan tipikor hingga divonis bebas pada November 2019. Sebelum Sofyan, ada pula Nur Pamudji yang terjerat korupsi pengadaan BBM jenis high speed diesel (HSD). Ia dinyatakan sebagai tersangka pada Juni 2019 lalu.
“Saya enggak mau capex-nya sampai Rp100 triliun, saya cut 30-40 persennya, ini kadang capex jadi proyek. Saya enggak mau ini jadi main proyek. Kalau main proyek, ini nanti kena batunya,” ucap Erick dalam konferensi pers virtual, Jumat (12/6/2020).
Erick menyebutkan hal ini menjadi salah satu langkah perbaikan yang akan ia terapkan pada PLN sebagaimana BUMN lainnya. Di luar itu, ia juga telah menambah satu posisi direksi di PLN yang bertugas membidangi pemasaran.
“Sekarang di PLN ada direktur pemasaran. Ini sama, kita enggak mau apa yang jadi servisnya enggak prioritas, jangan gara-gara monopoli, pelayananya enggak ditingkatkan,” ucap Erick.
Erick enggan berkomentar saat ditanya apakah ia akan merombak dan merestrukturisasi perusahaan PLN seperti yang ia lakukan terhadap PT Pertaminan.
“Apakah akan terjadi di PLN? Saya enggak komentar,” ucap Erick.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto