tirto.id - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memecat Gubernur Bank Sentral Turki Naci Agbal setelah menaikkan tingkat suku bunga untuk meredam inflasi. Mata uang lira langsung jatuh, karena khawatir tentang kebijakan moneter Turki ke depan.
Aqbal baru empat bulan menjadi Gubernur Bank Sentral Turki. Ia sebelumnya menjabat sebagai menteri keuangan. Selama menjabat sebagai gubernur bank sentral, Agbal sudah menaikkan tingkat suku bunga selama beberapa kali, dengan total kenaikan mencapai 875 basis poin.
Kenaikan suku bunga terakhir yang ditetapkan Aqbal mencapai 200 basis poin, sehingga mengerek tingkat suku bunga acuan Turki ke level 19 persen. Kebijakan moneter ketat diberlakukan untuk meredam inflasi Turki yang mencapai 15,6%, menurut Aljazeera.
Langkah terakhir itulah yang memicu pencopotan Agbal oleh Erdogan. Erdogan memiliki pendapat yang berkebalikan dengan teori ekonomi, yakni bahwa tingkat suku bunga tinggi justru akan memicu inflasi. Erdogan terus berupaya menekan bank sentral untuk menjaga tingkat suku bunga rendah untuk memicu kredit dan pertumbuhan ekonomi. Erdogan secara terang-terangan menentang kenaikan suku bunga yang diterapkan oleh Bank Sentral Turki.
“Saya paham rekan kita akan marah, tapi dengan segala hormat, jika saya presiden negara ini, saya akan tetap mengatakan ini karena saya percaya bahwa suku bunga tinggi tidak akan membantu perkembangan negara ini,” cetus Erdogan, seperti dilansir Aljazeera.
Erdogan selanjutnya menunjuk Sahap Kavcioglu sebagai Gubernur Bank Sentral baru. Menurut Aljazeera, Kavcioglu merupakan seorang profesor perbankan dan juga kolumnis di koran pro-pemerintah, dan senantiasa menyerukan soal rezim suku bunga rendah. Ia sebelumnya merupakan seorang politisi di partai pendukung Erdogan.
Kemelut pergantian Gubernur Bank Sentral Turki memicu anjloknya lira. Pada perdagangan Senin (22/3/2021) pagi, lira merosot sekitar 15% terhadap dolar AS di 8.145 dibandingkan pekan lalu di level 7,5.
“Keputusan Erdogan untuk memecat Gubernur Agbal, yang menyuarakan untuk menanamkan stabilitas harga dan persepsi independensi bank sentral, kini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana Gubernur baru akan menurunkan suku bunga dan pada saat yang sama melawan inflasi yang lebih tinggi,” kata Rodrigo Catril, analis valas senior dari NAB, seperti dikutip dari Reuters.
Editor: Gilang Ramadhan