Menuju konten utama

Elektabilitas Menguat di Survei Kompas, PKS: Kami Konsisten Kritis

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan partainya konsisten kritis terhadap kebijakan pemerintah.

Elektabilitas Menguat di Survei Kompas, PKS: Kami Konsisten Kritis
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kedua kiri) didampingi Sekjen Aboe Bakar Al Habsyi (kiri) mengamati layar pendaftaran Bakal Calon Anggota Dewan (BCAD) digital saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PKS 2022 di Jakarta, Senin (31/1/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.

tirto.id - Elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menguat dalam survei Litbang Kompas pada 22 Februari 2022. PKS berada di klaster menengah teratas dengan poin 6,8 persen; mereka berada di atas mayoritas partai penguasa seperti PKB (5,5 persen), Nasdem (3,3 persen), dan PPP (2,5 persen).

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera bersyukur atas hasil survei Kompas. Ia mengamini menguatnya elektabilitas PKS karena konsistensi sikap kritis partai terhadap kebijakan penguasa.

"Ke depan PKS akan terus konsisten membela isu-isu kerakyatan dan memperkuat tagline PKS Pelayan Rakyat," ujar Mardani kepada reporter Tirto, Rabu (23/2/2022).

Mardani mengatakan hal ini menjadi cambuk semangat bagi partai menghadapi Pemilu 2024.

"Pemilu kiat dekat, semua partai akan berlomba-lomba mendekati rakyat dan itu bagus," ujarnya

Selain PKS, partai oposisi lainnya yakni Demokrat juga meraih elektabilitas tinggi. Demokrat berada di posisi ketiga dengan 10,7 persen; sebelumnya mereka tak pernah mendapat poin 2 digit.

Manajer Departemen Penelitian Litbang Kompas, Mathias Toto Suryaningtyas menjelaskan alasan kenaikan elektabilitas Demokrat dan PKS. Litbang Kompas melihat upaya konsolidasi internal Demokrat maupun strategi kritik PKS diikuti konsolidasi internal berhasil menaikkan elektabilitas masing-masing.

Toto menuturkan,posisi Demokrat dan PKS yang di luar pemerintahan Jokowi mulai mendapatkan keuntungan politik. Suara mereka mulai naik karena berada di luar pemerintahan. Namun, kasus Demokrat bukan hanya karena di luar pemerintahan, tapi juga soal momentum, isu, sosok SBY maupun aksi vokal AHY.

“Demokrat naik karena momentum kemenangan kasus legalitas kepengurusan partai di pengadilan, sedangkan PKS naik diduga karena konsolidasi mesin partai internal, plus memanfaatkan isu mengkritisi rencana-rencana pemerintah, termasuk soal IKN (Ibu Kota Negara), JHT (Jaminan Hari Tua) dan lain-lain," kata Toto saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (22/2/2022).

Baca juga artikel terkait SURVEI KOMPAS atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Politik
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Gilang Ramadhan