tirto.id - Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman memperkirakan, inflasi sampai dengan akhir tahun akan berada di 6,27 persen. Hal ini sejalan dengan Bank Indonesia (BI) yang juga memproyeksikan inflasi sampai akhir tahun berada di atas 6 persen sebagai dampak dari kenaikan harga BBM subsidi.
"Kami terus memperkirakan inflasi akan tetap tinggi di sisa tahun 2022, melayang di atas 6 persen dalam jangka waktu tahun-ke-tahun," kata dia dalam risetnya kepada Tirto, Selasa (4/10/2022).
Dia menuturkan, inflasi tinggi disebabkan oleh membaiknya permintaan (demand-pull inflation) di tengah pelonggaran Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Ditambah dengan kenaikan harga pangan dan energi menyusul penyesuaian harga bensin dan solar bersubsidi (cost-push inflation).
Lebih lanjut, Faisal menjelaskan dampak kenaikan harga BBM diperkirakan tidak hanya memberikan first round effect pada administered price tetapi juga second round effect terhadap barang dan jasa lainnya. Apalagi, menurut BPS, belum semua kota melakukan penyesuaian tarif jasa transportasi di tengah penyesuaian harga BBM, sehingga memberikan tekanan inflasi pada bulan-bulan berikutnya.
"Ini berarti inflasi utama dan inflasi inti dapat memanas secara signifikan ke depan. Secara keseluruhan, kami memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 6,27 persen pada akhir tahun 2022 (vs 1,87 persen pada tahun 2021)," pungkasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat inflasi tahunan atau year on year (Yoy) pada September 2022 mencapai 5,95 persen. Inflasi ini sesuai dengan ekspektasi Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan inflasi sampai akhir tahun berada di atas 6 persen sebagai dampak kenaikan harga BBM subsidi.
Kepala BPS, Margo Yuwono mengungkapkan, salah satu biang kerok inflasi tahunan September yakni harga bensin dan solar. Di mana bensin memberikan andil 1,13 persen secara yoy, sementara inflasinya sendiri mencapai 31,90 persen di September 2022.
"Jadi bensin berikan andil inflasi secara yoy 1,13 persen dan kalau liat inflasinya sendiri komoditas bensin ini mencapai 31,90 persen," kata Margo dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Senin (3/10/2022).
Selanjutnya untuk solar memberikan andil inflasi secara tahunan 0,04 persen. Adapun inflasinya sendiri pada September solar memberikan sumbangsih sebesar 33,01 persen.
Margo menyebut, kenaikan harga BBM bensin dan solar memberikan dampak melebar kepada angkutan. Misalnya tarif angkutan dalam kota memberikan andil inflasi secara tahunan sebesar 0,10 persen. Sedangkan inflasinya pada September 24,36 persen.
Selain itu, untuk tarif angkutan antar kota juga beri andil inflasi 0,03 persen secara tahunan, di mana inflasinya mencapai 11,44 persen. Kemudian tarif angkutan udara beri andil 0,39 persen (yoy), tarif kendaraan roda dua online 0,03 persen (yoy), dan tarif bahan bakar rumah tangga 0,30 persen (yoy).
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin