tirto.id - Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati mengatakan berdasarkan data sementara obat COVID-19 terbaru Molnupiravir yang sedang diproduksi perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Merck and Ridgeback Biotherapeutics, diperkirakan sama efektivitasnya dengan Favipiravir.
Zullies mengatakan memang belum ada perbandingan langsung uji klinik antara kedua obat tersebut. Tetapi jika dilihat berdasarkan cara kerja kedua obat tersebut, menurut Zullies memiliki kesamaan.
"[Molnupiravir dan Favipiravir] masih comparable. [efektivitasnya] hampir sama. Artinya dari mekanismenya hampir sama, jenisnya juga mirip," kata Zullies saat dihubungi Tirto, Selasa (5/10/2021).
Selain itu berdasarkan informasi dari laman resmi Merck, cara penggunaan Molnupiravir juga sama dengan Favipiravir, yakni digunakan selama lima hari, 2 kali dalam sehari. Hanya saja kata Zullies, Molnupiravir belum diketahui secara jelas perihal dosis penggunaanya.
Molnupiravir selain memiliki cara kerja yang sama dengan Favipiravir juga mirip dengan Remdesivir. Ketiganya sama-sama bekerja untuk menghambat replikasi virus.
Hanya saja bedanya, Remdesivir diberikan dengan cara disuntikkan biasanya lewat infus yang hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli di tempat fasilitas layanan kesehatan.
Sedangkan Favipiravir dan Monupiravir sama-sama obat oral. Keduanya dapat diminum langsung sesuai resep. Misalnya orang yang sedang melakukan isolasi mandiri terinfeksi COVID-19 maka langsung bisa meminumnya.
"Prediksi saya Monupiravir akan jadi alternatif dari Favipiravir. Sama-sama bisa diminum oral dalam waktu 5 hari," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa Molnupiravir adalah salah satu obat yang akan diujicobakan di Indonesia.
"Mengenai adanya potensi obat-obatan baru Kementerian Kesehatan terus bekerja sama dengan BPOM dan rumah sakit vertikal untuk melakukan review dan uji klinis dari semua obat-obatan baru," kata Budi saat konferensi pers virtual, Senin (4/10/2021).
Uji coba terhadap obat-obatan baru itu dilakukan terhadap obat baik yang sifatnya manoklonal antibodi, dan "bisa juga bisa obat-obatan antivirus baru seperti saat ini yang lagi ramai didiskusikan Molnupiravir."
Budi menyebut, bahwa Kemenkes juga sudah melakukan pendekatan pada produsen obat Covid-19 tersebut, Merck. Dia berharap akan segera dimulai beberapa uji klinis.
"Akhir tahun kita mengetahui apakah obat ini cocok untuk masyarakat," ujar Budi.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Bayu Septianto