Menuju konten utama

EA & 2K Bertarung di Gim Sepak Bola, Siapa Bakal Lebih Baik?

2K dirumorkan akan membikin gim sepak bola baru. Bisakah ia mengungguli EA? Apakah gamer diuntungkan?

EA & 2K Bertarung di Gim Sepak Bola, Siapa Bakal Lebih Baik?
Game EA Sports FC 24. foto/www.ea.com

tirto.id - Setelah tiga dasawarsa, kerja sama ikonik antara Electronic Arts (EA) dan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) resmi berakhir pada 10 Mei 2022 silam. FIFA 23 yang dilepas ke pasaran pada musim gugur 2022 menjadi gim seri FIFAterakhir. Pada edisi berikutnya, EA mengubah nama gim tersebut menjadi EA Sports FC 24 atau FC 24.

Saat berita itu muncul, FIFA disebut menuntut kenaikan biaya lisensi. Sampai pada edisi FIFA 23, FIFA mendapat uang lisensi senilai US$150 juta. Untuk edisi 24 sampai 27, FIFA meminta bayaran hingga US$250 juta.

EA menolak permintaan tersebut karena, rupanya, mereka tidak puas dengan apa yang diberikan oleh FIFA dalam kerja sama tersebut.

"Pada dasarnya, kalau sedang tidak ada Piala Dunia, yang kami dapatkan dari FIFA hanyalah empat huruf di bagian kover," ujar CEO EA, Andrew Wilson, dikutip dari The Verge.

Kepada IGN, Wilson mengelaborasikan lebih jauh alasan EA memutus kerja sama dengan FIFA. Menurutnya, EA ingin keleluasaan untuk bekerja dengan lebih banyak rekanan "demi memberikan pengalaman sepak bola yang lebih spesifik" kepada para gamer di seluruh dunia.

"Untuk para gamer di Britania Raya, yang terpenting adalah Premier League. Untuk gamer di Jerman, yang terpenting adalah Bundesliga. Di Spanyol, La Liga. Begitu seterusnya dan kami tengah membangun pengalaman yang unik bagi pasar-pasar tersebut," ucapnya.

EA Malas Kembangkan Fitur yang Tidak Cuan

Apa pun itu, yang jelas, kerja sama FIFA dengan EA sudah berakhir. EA bahkan sudah tak lagi menyediakan gim-gim FIFA edisi terdahulu di platformnya. Namun, rampungnya kerja sama dengan FIFA tersebut tak serta-merta membuat EA kehilangan daya tariknya.

Sebab, mereka masih memiliki lisensi atas 19.000 pemain, 700 tim, 100 stadion, dan lebih dari 30 liga. EA juga masih menjalin kerja sama dengan UEFA (Asosiasi Sepak Bola Eropa) sehingga turnamen-turnamen macam Liga Champions, Liga Europa, Liga Conference, dan Piala Eropa masih bisa dimainkan.

Semua itu masih terlihat pada FC 24. Namun, daya tarik FC 24 itu sebenarnya tak bisa memuaskan semua gamer. Sebab, ada fitur-fitur yang sampai sekarang belum kunjung digarap serius oleh EA, khususnya dalam career mode.

Dalam moda ini, gamer bisa memilih dua opsi: menjadi manajer atau pemain. Di sinilah letak kelemahan gim FIFA dan FC yang kerap dikeluhkan para gamer sejak lama.

Para gamer menganggap EA menganaktirikan moda karier ini dan lebih memprioritaskan moda ultimate team yang memang menjadi ladang uang baginya.

Mikrotransaksi adalah kata kunci. Dalam moda ultimate team, gamer berlomba-lomba mendapatkan pemain terbaik. Untuk mendapatkan pemain-pemain itu, mereka perlu mengeluarkan cukup banyak uang untuk membeli kartu pemain.

Ultimate team pun sering kali dijadikan konten oleh para streamer gimvideo. Salah satu konten kreator YouTuber yang melejit namanya berkat ultimate team adalah IShowSpeed yang masyhur karena ketidakmampuannya menyebutkan nama pesepak bola dengan benar.

Karena ini pulalah, The Athleticmenyebut moda ultimate team sebagai "untaian paling penting dari waralaba raksasa global EA Sports."

Dari sudut pandang bisnis, memang masuk akal apabila EA memfokuskan diri pada pengembangan moda ultimate team, layaknya Rockstar Games yang tak kunjung memproduksi Grand Theft Auto VI karena moda daring Grand Theft Auto V masih amat populer.

Namun, di saat yang bersamaan, ada banyak pula gamer yang tidak menyukai moda permainan daring semacam itu.

Mereka yang enggan bermain daring biasanya bakal menenggelamkan diri dalam moda permainan seperti career mode. Sayangnya, EA seperti malas mengembangkan fitur-fitur dalam moda ini. Bahkan, EA kadang butuh waktu lama untuk memperbaiki bug dalam moda ini.

EA sebenarnya bukan tidak berbuat sesuatu sama sekali. Terbukti dengan adanya fitur rekrutmen staf pelatih dalam moda karier FC 24. Namun, perbaikan-perbaikan itu, lagi-lagi, terasa dilakukan setengah hati.

Terlepas dari berbagai kekurangannya, FC 24 rupanya masih sangat populer. Di Britania Raya, menurut laporan BBC, FC 24 adalah gim terlaris pada 2023. Meski tidak selaris FIFA 23, FC 24 pun rupanya sukses menghasilkan lebih banyak uang bagi EA.

Artinya, berakhirnya kerja sama antara FIFA dan EA sama sekali tak ada pengaruhnya. Sebab, gamer memahami bahwa sampai saat ini, gim sepak bola terbaik yang tersedia di pasaran masihlah bikinan EA.

2K Siap Mengganyang EA?

Namun, EA jelas tak bisa berpuas diri begitu saja. Sebab, ada sebuah rumor yang mestinya bakal membikin mereka ketar-ketir.

Rumor itu datang dari 2K, pengembang gim yang populer berkat NBA 2K dan WWE 2K. 2K disebut-sebut bakal mengambil alih lisensi FIFA dan bakal merilis gim sepak bola baru paling cepat pada 2025 mendatang.

Jika merunut sejarah, EA tak bisa duduk manis saja melihat 2K beraksi. Pasalnya, EA pernah jadi penguasa pasar gim basket NBA dengan NBA Live-nya. Namun, 2K bisa menyalipnya dengan NBA 2K.

Perubahan tersebut terjadi pada awal dekade 2010-an. Saat itu, EA tengah berusaha merombak NBA Live melalui NBA Elite. Namun, EA kemudian kehilangan momentum.

Peluncuran NBA Live sempat dibatalkan pada 2012. Lalu, pada edisi 2017, EA tak merilis versi konsolnya sama sekali. Sejak 2018, EA tidak lagi merilis edisi baru NBA Live. Dengan kata lain, EA telah menyerah di front pertempuran ini.

Hal yang sama bisa saja terjadi pada lini gim sepak bolanya, jika EA terlena. EA bahkan sempat mendapat perlawanan serius dari Konami selama kurang lebih dua dasawarsa.

Namun, Konami yang masyhur lewat seri Winning Elevendan Pro Evolution Soccer pada akhirnya menyerah dan memfokuskan diri pada gim e-sports bertajuk eFootball.

Pertanyaannya, apakah EA nantinya juga bakal kalah dari 2K di lini gim sepak bola?

Salah satu keunggulan utama NBA 2K adalah moda kariernya. Di sini, gamer bisa memainkan satu karakter fiktif yang diceritakan sedang membangun karier di NBA. 2K unggul bukan hanya karena cerita yang apik, tapi juga karena kehadiran berbagai selebritas, seperti Michael B. Jordan, Idris Elba, dan lain-lain.

Hal itu membuat dunia gim yang mereka bangun menjadi lebih realistis. Itu mirip dengan kehidupan bintang NBA yang sebenarnya.

Boleh jadi, 2K bakal menjadikan resep itu sebagai jualan utama apabila ia benar-benar menggamit lisensi FIFA. Apalagi, publik sudah mafhum bahwa kelemahan utama gim bikinan EA adalah moda kariernya.

Meski begitu, untuk menyaingi EA dalam moda ultimate team, 2K mungkin butuh lebih banyak waktu karena jenama gim milik EA tersebut sudah begitu menggurita.

Akankah Gamer Diuntungkan?

Kompetisi secara otomatis akan memacu kedua pengembang untuk terus memberikan yang terbaik. EA punya keunggulannya, 2K punya kelebihannya. Bisa jadi, mereka yang memang ingin bermain daring akan memilih EA Sports FC, sementara yang memilih bermain luring bakal lebih menyukai FIFA 2K.

Akan tetapi, bisa jadi pula bukan hal itu yang terjadi.

Perlu dicatat bahwa 2K juga menjadikan mikrotransaksi sebagai lumbung uangnya. Bahkan, seperti dilaporkan The Gamer, 2K secara aktif melobi pemerintah supaya mikrotransaksi dan loot boxes (kotak berisikan item gim) tidak dihapuskan. Sebab, memang inilah sumber pendapatan utama mereka.

Dengan demikian, kemungkinan kedua yang bisa terjadi adalah baik EA maupun 2K sama-sama bakal berfokus pada moda ultimate team. Itu artinya, dua pengembang tersebut bakal berlomba-lomba menguras rekening para gamer.

Maka mereka yang menginginkan sesuatu yang berbeda harus siap kecewa.

Alternatif bagi para gamer adalah dengan memainkan gim selain rilisan EA atau 2K. Untuk mendapatkan gim eFootball, misalnya, gamer tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Mereka hanya perlu membeli season pass yang harganya jauh lebih murah ketimbang membeli gim baru.

Namun, mengingat daya tarik gim sepak bola bertitik pada bagaimana ia tampak realistis, pengembang yang punya lisensi lebih banyaklah yang akan menang.

EA dan 2K (yang berada di bawah payung Take-Two Interactive) punya sumber daya jauh lebih besar ketimbang Konami. Itu terlihat dari pendapatan mereka pada 2023. Artinya, mereka punya kans lebih besar menggamit lisensi pemain, pelatih, klub, tim nasional, liga, dan stadion. Faktor inilah yang kemungkinan besar bakal menentukan laris tidaknya sebuah gim sepak bola.

Dengan demikian, alih-alih mendapatkan kompetisi yang sehat, gamer bakal dihadapkan pada duopoli yang juga tidak akan menguntungkan mereka. Sebaiknya kita pun tidak berharap banyak dari 2K karena, pada dasarnya, ia tidak lebih baik daripada EA.

Baca juga artikel terkait GAME SEPAK BOLA atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi