tirto.id - Melalui perintah eksekutifnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah melarang semua reporter Rappler untuk memasuki Istana Malacañang – tempat kerja presiden – dan meliput peristiwa di situ.
Duterte mengatakan bahwa Rappler bukanlah agensi yang sah menurut Securities and Exchange Commission (SEC).
"Karena itu [Rappler] bukan agensi sah menurut SEC, jadi saya sekarang memohon tindakan eksekutif berdasarkan keputusan SEC. Jika dikatakan bahwa mereka [Rappler] sekarang sah, mereka bisa kembali lagi. Tidak masalah dengan saya. Tapi kalau tidak sah, karena bukan milik orang Filipina, itu ilegal,” papar Duterte di Sara, Iloilo, Kamis (22/2/2018), seperti dikutip Inquirer.
Komisi SEC telah memutuskan untuk mencabut perizinan Rappler karena pelanggaran kepemilikan. Sementara Rappler menggambarkan keputusan itu sebagai hal yang menggelikan.
Dalam sebuah keputusan 29 halaman tertanggal 11 Januari, SEC menyatakan bahwa Rappler, Inc. dan pemegang saham pengendalinya, Rappler Holdings Corp "bertanggung jawab atas pelanggaran Pembatasan Ekuitas Asing dalam Media Massa, secara konstitusional dan undang-undang yang dapat dilaksanakan melalui peraturan dan undang-undang dalam mandat Komisi [SEC]."
Duterte mengatakan bahwa Rappler mungkin "disponsori oleh CIA, Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat ."Rappler, menurutnya, juga "mengambil setiap kesempatan untuk melemahkan Anda."
"Itulah sejarah Amerika, CIA, dan pembangkang politik, mereka merawat mereka [Rappler]. Dan akhirnya memilih kandidat sehingga mereka bisa berkolusi sama seperti apa yang terjadi saat ini "kata Duterte.
Rappler, bagaimanapun, membantah bahwa situs berita online itu adalah partisan.
"Kami bukan anti-Duterte; kami pro kebenaran dan pro rakyat. Rappler melaporkan tentang Presiden Rodrigo Duterte sama seperti yang dilaporkan wartawan veteran kami terkait para pemimpin selama 30 tahun terakhir. Kami meminta pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat," kata Rappler dalam sebuah laporan sebelumnya.
"Ironisnya, kami dikritik karena 'pro-Duterte' selama kampanye presiden. Kami menerima ini sebagai tanda masa terpolarisasi kami," Rappler menjelaskan.
Presiden Duterte juga menyebutkan bagaimana Rappler mendistorsi berita.
“Mengapa Anda tidak membaca Rappler nanti? Baca saja, periksa cara mereka melaporkan. Mereka akan melakukan distorsi,” jelas Duterte.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari