Indeks Kebijakan Duterte

Dengan undang-undang baru untuk penanganan COVID-19 di Filipina, rezim otoriter Duterte dikhawatirkan akan makin ganas.

Penyelidikan terkait tudingan korupsi di balik buruknya penyambutan tim tamu SEA Games 2019 yang datang ke Filipina.

Undang-undang pelecehan seksual yang telah ditandatangani Presiden Duterte menetapkan serangkaian tindakan ofensif, termasuk catcalling, siulan menggoda dan tindakan lainnya. 

Sejak Duterte berkuasa, 198 petani dibunuh aparat militer dan preman bayaran korporasi.

Duterte mengancam akan mengerahkan tentara dalam misi bunuh diri untuk menyerang Cina di Pulau Thitu.

Maria Ressa ditangkap sesaat setelah tiba di Bandara Internasional Manila karena tuduhan pelanggaran investasi.

Pergantian nama sebuah negara biasanya dilatarbelakangi semangat menanggalkan jejak kolonialisme.

Duterte menghidupkan kembali kasus-kasus lama senator Antonio Trillanes IV yang sudah mendapat pemutihan dari Presiden Benigno Aquino III.

Presiden Filipina Duterte mengatakan bahwa Rappler kemungkinan disponsori oleh CIA, badan pusat intelijen Amerika.

Menteri Susi menilai pencurian ikan merupakan kejahatan serius karena bersifat terorganisasi dan melibatkan sindikat lintas-negara.

Duterte akan mempertimbangkan untuk melarang warganya bekerja di Kuwait sehubungan dengan tindakan kekerasan terhadap pekerja Filipina di negara tersebut.

Putra Duterte, yakni Paolo Duterte, yang menjabat Wakil Wali Kota Davao, memutuskan mundur dari jabatannya pada 25 Desember 2017.

Keramahan yang ditujukan Trump pada Duterte mengabaikan tudingan pembunuhan massal yang dilakukan Presiden Filipina.

Ribuan personel kepolisian Caloocan dirombak akibat kasus pembunuhan terhadap tiga pemuda.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte bersumpah bahwa dia tidak akan pernah mengunjungi Amerika Serikat meski sebelumnya Presiden Donald Trump sudah menyampaikan undangan, Jumat (21/7/2017).

Filipina mengundurkan diri sebagai tuan rumah Southeast Asian (SEA) Games 2019 karena ingin fokus membangun kembali kotanya.

Leni Robredo mendapat sinyal adanya persekongkolan untuk mencopot dirinya dari kedudukan Wapres Filipina. Namun, Rodrigo Duterte membantah hal itu dan berjanji tetap mempertahankan Robredo.

Wakil Presiden Filipina mundur dari kabinet karena memiliki perbedaan fundamental dengan Rodrigo Duterte. Kebijakan-kebijakan sang presiden yang dianggapnya tak sesuai kepentingan publik menjadi sebab utama.