Menuju konten utama

Duterte Perintahkan Tembak Mati Pelanggar Lockdown di Filipina

“Perintah saya kepada kepolisian dan militer sangat jelas. Jika ada yang melanggar dan itu membahayakan hidup kalian, tembak mati saja di tempat. Mengerti?"

Duterte Perintahkan Tembak Mati Pelanggar Lockdown di Filipina
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengikuti pertemuan ASEAN Leaders Gathering yang diikuti para kepala negara/pemerintahan negara-negara ASEAN, sekjen ASEAN, direktur pelaksana IMF, presiden Grup Bank Dunia, sekjen PBB di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018). ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Wisnu Widiantoro

tirto.id - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperingatkan akan menembak para pelanggar kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang menyebabkan masalah. Ia juga memastikan penganiayaan terhadap pekerja medis merupakan kejahatan serius yang tidak dapat ditoleransi.

Duterte menegaskan pentingnya semua warga untuk bekerja sama dan mematuhi kebijakan karantina mandiri di rumah sebagai upaya otoritas setempat dalam menekan penyebaran virus COVID-19. Hal tersebut juga mempertimbangkan kapasitas fasilitas kesehatan di negara tersebut guna tidak kewalahan jika harus menghadapi pasien yang terus bertambah.

Hingga saat ini, Filipina mencatat 96 kematian akibat COVID-19 dari 2.311 kasus yang dilaporkan positif sejak tiga minggu ke belakang dengan penambahan ratusan kasus baru tiap harinya.

“Ini semakin buruk. Kuperingati lagi, ini benar-benar masalah serius. Maka dari itu, kalian harus mematuhi pemerintah,” ujar Duterte, Rabu (1/4/2020) waktu setempat seperti dilansir Reuters.

“Perintah saya kepada kepolisian dan militer sangat jelas. Jika ada yang melanggar dan itu membahayakan hidup kalian, tembak mati saja di tempat. Mengerti? Ketimbang membahayakan hidup orang banyak, lebih baik saya mengubur kamu,” tegas Duterte.

Perintah Duterte ini menyusul insiden penangkapan sejumlah warga di daerah miskin di Manila yang memprotes bantuan makanan yang dibagikan pemerintah.

Tak hanya itu, maraknya pelecehan fisik dan diskriminasi terhadap pekerja medis, yang menurut Duterte harus dihentikan, juga turut memengaruhi kebijakan tersebut.

Namun para aktivis justru mengecam kebijakan Duterte. Menurut mereka, perintah Duterte hanya akan memicu kekerasan dan main hakim sendiri seperti yang ia lakukan pada perang terhadap narkoba. Polisi dan sejumlah pria misterius bersenjata dilaporkan telah banyak membunuh ribuan orang yang dituduh menggunakan dan menjual narkoba.

Kendati demikian, Istana Malacanang mengklarifikasi bahwa pernyataan Duterte hanya ungkapan hiperbola semata untuk menunjukkan betapa seriusnya masalah pandemi ini. Hal yang diaminkan oleh Kepala Kepolisian Nasional pada Kamis (2/4/2020). Ia menyakinkan bahwa tidak akan ada yang ditembak.

Baca juga artikel terkait PANDEMI CORONA atau tulisan lainnya dari Restu Diantina Putri

tirto.id - Hukum
Penulis: Restu Diantina Putri
Editor: Restu Diantina Putri