Menuju konten utama

Duterte Bantah Adanya Skenario Pencopotan Wakil Presiden

Leni Robredo mendapat sinyal adanya persekongkolan untuk mencopot dirinya dari kedudukan Wapres Filipina. Namun, Rodrigo Duterte membantah hal itu dan berjanji tetap mempertahankan Robredo.

Duterte Bantah Adanya Skenario Pencopotan Wakil Presiden
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berbicara dalam sebuah konferensi pers saat kedatangannya dari kunjungan kenegaraan di Vietnam di Bandara Internasional di kota Davao, Filipina, Jumat (30/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Lean Daval Jr.

tirto.id - Wakil Presiden Filipina Leni Robredo memutuskan mundur dari kabinet karena mengeluhkan adanya rencana pengambilalihan kedudukannya. Menanggapi hal itu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Kamis (8/12/2016) waktu setempat berjanji mempertahankan wakil presiden negara itu hingga akhir masa jabatannya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Leni Robredo mundur dari kabinet pada Senin (5/12/2016), dengan mengatakan akan memimpin oposisi dan menantang kebijakan Duterte, seperti perang mautnya terhadap obat terlarang dan upaya menghidupkan kembali hukuman mati.

"Saya akan menjamin Leni dan seluruh wilayah Bicol bahwa dia [wakil presiden] akan tetap bertugas hingga akhir masa jabatannya," kata Duterte kepada wartawan setelah upacara peresmian pembangunan bandar udara di wilayah Bicol, Filipina tengah.

"Tidak ada hal, seperti, menyingkirkan wakil presiden," bantahnya seperti dilansir Antara, Jumat (9/12/2016).

Robredo adalah wanita anggota kongres satu masa bakti dari Kota Naga di Bicol.

Dalam pidato sebelumnya, Duterte menuduh oposisi menggunakan unjuk rasa jalanan terhadap pemakaman mendiang pemimpin Ferdinand Marcos di taman pahlawan sebagai alasan memaksanya mundur dan memberi jalan untuk Robredo.

Robredo terpilih sebagai wakil presiden pada Mei dalam pemilihan terpisah dan bukan pasangan Duterte. Ia diperingatkan soal rencana pencopotannya dari jabatan nomor dua setelah dilarang menghadiri sidang kabinet berkala.

Pegiat kemasyarakatan dan pengacara hak asasi manusia berusia 52 tahun itu menang tipis dari mantan senator Ferdinand Marcos Jr, yang ayahnya digulingkan dalam pemberontakan pada 1986. Ia mengajukan protes terhadap hasil pemilihan umum tersebut.

Robredo tidak merinci dugaan komplotan untuk "mencuri" jabatan wakil presiden itu, tapi mengatakan bahwa Marcos menyertai Duterte melakukan kunjungan resmi ke Cina pada Oktober lalu.

Baca juga artikel terkait KEBIJAKAN DUTERTE atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari