Menuju konten utama

Dukung Penghapusan UN, FSGI Pertanyakan Mekanisme Penilaian Siswa

FSGI mendukung penghapusan UN seperti usulan Sandiaga. Tapi mereka mempertanyakan soal mekanisme penilaian siswa.

Dukung Penghapusan UN, FSGI Pertanyakan Mekanisme Penilaian Siswa
Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Salahudin Uno menanggapi jawaban cawapres nomor urut 1 saat mengikuti Debat Capres Putaran Ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019). tirto.id/Andreygromico

tirto.id - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengapresiasi langkah berani Calon Wakil Presiden 02 Sandiaga Uno yang berencana menghapus Ujian Nasional (UN). Menurut FSGI, langkah Sandiaga penting karena UN masih menakutkan bagi siswa.

"UN dihapus itu sebuah keberanian dari pasangan 02. Sebab walaupun UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa [ditetapkan 2015 oleh Anies Baswedan]. Tapi UN masih menjadi momok menakutkan bagi siswa, anggaran yg besar dan tidak berfungsi untuk apa-apa khususnya di SMA/SMK," kata Satriwan kepada reporter Tirto, Minggu (17/3/2019).

Menurut Satriwan, UN menggunakan anggaran besar dan menjadi momok dalam dunia pendidikan. Ia mengatakan, UN hanya untuk prestise sekolah, kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan dan kepala daerah. Selain itu, energi sekolah dihabiskan untuk persiapan dan pelaksanaan UN khususnya di semeter genap. Selain itu UN mengganggu psikologi siswa.

Namun, Satriwan menyayangkan Sandiaga tidak menjelaskan bagaimana skema guru akan memberikan penilaian akhir kepada siswa. Ia pun memandang, Sandiaga tidak mengelaborasi konsep Penelusuran Minat dan Bakat yang ditawarkan Sandiaga dalam debat Cawapres.

Padahal, pendidikan tetap membutuhkan tes untuk mengukur ketercapaian belajar siswa. Sandiaga seharusnya bisa menawarkan konsep yang dibutuhkan dalam penilaian akhir siswa.

"Tentu dengan dihapuskannya UN, Sandi harus menawarkan format baru atau skema baru untuk penilaian terhadap siswa dalam mengukur capaian belajarnya selama beberapa tahun," kata Satriwan.

Satriwan menilai, "Penelusuran Minat dan Bakat" belum menjawab bentuk pengukuran kompetensi siswa yang lebih komprehensif, berkeadilan dan bermanfaat.

Link and Match di SMK

Di sisi lain, dalam konsep link and match, FSGI menyebut persoalan terjadi di lingkungan SMK. Mereka melihat masalah SMK Indonesia tidak bisa link and match karena Kekurangan guru mata pelajaran kelompok produktif. Para guru tak mau jadi guru produktif karena pendapatan dan insentif kecil.

Lantaran itu FSGI mengusulkan meningkatkan jumlah guru produktif dengan insentif yang tinggi. Selain itu, dunia industri tidak pernah terlibat dalam kurikulum sehingga tidak ada link and match.

"Dunia industri tidak dilibatkan secara total dalam mendesain kurikulum SMK. Kami usul dunia industri harus terlibat aktif dalam membuat Kurikulum SMK," ujar Satriwan.

FSGI juga menagih penjelasan detil tentang konsep penelusuran minat dan bakat yang ditawarkan kepada publik.

"Yap betul [menagih kubu 02 menjelaskan konsep minat dan bakat]. Walaupun poin janji penghapusan UN secara total itu, kami nilai berani dan apresiasi," kata Satriwan.

Calon Wakil Presiden 02 Sandiaga Uno berencana menghapus Ujian Nasional. Pernyataan itu disampaikan Sandiaga saat acara debat ketiga, Minggu (17/3/2019).

"Kami juga pastikan bahwa sistem ujian nasional dihentikan, diganti dengan penelusuran minat dan bakat," kata Sandiaga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu.

Selain itu, Sandiaga berencana menerapkan konsep Sekolah link and match. Konsep tersebut akan menghubungkan penyedia lapangan kerja dengan sistem pendidikan Indonesia.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAWAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Agung DH