Menuju konten utama

Duduk Perkara Tes Balap Mobil di GBK yang Menuai Banjir Protes

Dalam beberapa hari terakhir banyak mobil kebut-kebutan di kompleks SUGBK. Kejadian ini menuai protes karena bertentangan dengan fungsi GBK sebagai kawasan terbuka hijau.

Duduk Perkara Tes Balap Mobil di GBK yang Menuai Banjir Protes
Stadion Gelora Bung Karno saat petang jelang pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta, Sabtu (18/8/18). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Sore hari menjelang akhir pekan seharusnya jadi waktu berolahraga santai bagi Danto (31), warga Jakarta Pusat yang saban hari bekerja di sebuah perusahaan multinasional.

Saking antusiasnya, dia bahkan datang ke kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), tempatnya lari sore setiap pekan, lebih awal dari biasanya.

“Sekalian mau nyantai dulu, sudah janjian ngobrol sama teman di kantin [GBK],” kata Danto kepada reporter Tirto.

Tapi alih-alih bisa bersantai dengan tenang, Danto malah dikejutkan oleh keberadaan sejumlah petugas SUGBK yang bersiaga di arah pintu masuk ring dalam stadion, di mana umumnya hanya terjadi saat ada pertandingan sepakbola.

Usut punya usut, para petugas itu rupanya sedang mensterilkan area ring dalam GBK lantaran sedang digunakan kebut-kebutan beberapa mobil balap. Danto jelas merasa terganggu dengan balapan di siang bolong tersebut.

“Berisik sekali, jadi enggak nyaman. Datang mau cari tenang, tapi malah terganggu,” keluh dia.

Apa yang dikeluhkan Danto ternyata sudah viral di Twitter sejak sehari sebelumnya. Ada sejumlah warganet yang merekam aksi balapan tersebut dan mengunggahnya ke media sosial.

Unggahan tersebut memancing berbagai respons. Sebagian besar adalah ungkapan kemarahan dan kekecewaan. Satu dari yang menyayangkan kegiatan tersebut adalah Fauzi Karana, founder sekaligus presiden komunitas lari GBK Night Run.

Secara pribadi, Fauzi sebenarnya mendukung segala aktivitas olahraga yang ingin dibudayakan oleh masyarakat maupun pengelola kompleks GBK.

“Tapi kalau balap mobil ini, kan, sebuah olahraga yang sebenarnya bertolak belakang dari fungsi GBK itu sendiri,” keluh dia.

Fungsi yang dimaksud Fauzi adalah fungsi GBK sebagai kawasan terbuka hijau. Fungsi ini tercantum jelas di laman resmi GBK, yang didirikan atas dasar Keppres No. 318/1962, Keppres No. 4/1984, Keppres No. 7/2001, serta Keputusan Menteri Keuangan No. 233/2008.

Fauzi menyadari bahwa tidak ada larangan untuk mengadakan aktivitas tertentu. Meski begitu, lanjutnya, kegiatan balap mobil terkesan kontraproduktif dengan manfaat GBK bagi masyarakat, yakni sebagai ruang hijau.

“Apalagi Jakarta ini semua tahu kekurangan spot-spot olahraga yang memberikan udara bersih, yang banyak hutan-hutan hijaunya,” imbuhnya.

Rencananya, Fauzi dan rekan-rekannya akan mengumpulkan aspirasi dari masyarakat terkait kegiatan balap mobil tersebut, termasuk dari media sosial. Dia berharap aspirasi dari masyarakat ini bisa menjadi bahan pertimbangan pengelola GBK.

“Harapan kami ini bisa dievaluasi lagi. Kalau bisa ditinjau ulang pelaksanaannya, tapi kalaupun memang sudah tidak bisa, ini harus jadi pelajaran dan jangan terulang,” kata Fauzi.

Alasan Pengelola Menggelar Balap Mobil

Keberadaan mobil yang kebut-kebutan di sekitar SUGBK itu merupakan persiapan untuk perhelatan GBK Race pada 5-6 Oktober 2019. GBK Race adalah lomba memecahkan waktu putaran yang diikuti oleh para pembalap mobil di bawah supervisi Ikatan Motor dan Mobil Indonesia (IMI).

Acara balap mobil ini merupakan rangkaian dari perhelatan I See Fest 2019, festival outdoor yang dihelat 27 September sampai 6 Oktober 2019 untuk memperingati hari ulang tahun SUGBK.

Dikonfirmasi soal acara itu, Direktur Utama Pusat Pengelola Kompleks GBK Winarto menjelaskan bahwa GBK Race adalah acara resmi yang sudah mendapatkan izin.

Winarto menekankan kalau kegiatan ini pada dasarnya tidak dimaksudkan untuk membuat masyarakat, khususnya pengunjung SUGBK tidak nyaman. Dia mengaku punya dasar kuat untuk mengadakan kegiatan tersebut.

Berdasarkan pengamatan Winarto di lapangan, SUGBK cenderung ramai oleh pejalan kaki dan pelari pada pukul 05.00 sampai pukul 10.00 WIB. Kemudian berlanjut pada sore pukul 16.00 hingga pukul 22.00 malam.

“Jam 10 ke atas sampai jam 4 itu sepi, tidak ada kegiatan karena memang panas. Apalagi kalau jam 12.00-13.00, praktis tidak ada satu pun di dalam ring, sehingga menjadi momen bagi GBK untuk memberi kesempatan bagi yang lain,” ujar Winarto.

“Dan ini juga bukan pertama. Termasuk dulu sebelumnya kadang ada [event] motor besar, Harley dan sebagainya. Dan itu tidak mungkin kami izinkan dilaksanakan pada pagi dan sore hari ketika banyak pengunjung berolahraga. Itu tentu kami paham,” jelasnya.

Hasrat masyarakat untuk menggunakan GBK sebagai ruang beraktivitas memang besar, baik untuk berolahraga maupun yang tidak. APalagi ketika kompleks GBK direnovasi menjelang Asian Games 2018 lalu.

“Untuk itu selama bisa kami memang mestinya mengakomodir semua pihak. Ini soal bagaimana mau berbagi dan mengakomodir semua masyarakat,” tegas Winarto.

Winarto juga menambahkan bahwa rencana gelaran GBK Race di kompleks GBK pada 5-6 Oktober sebenarnya belum final. Menurutnya, keberadaan mobil kebut-kebutan dalam beberapa hari terakhir ini baru sekadar test drive.

“Jadi sebenarnya yang kemarin baru tes saja. Ini kan, masih dalam supervisi juga, dilihat apakah memang layak untuk besok benar-benar dilaksanakan kegiatan itu di GBK. Semua kemungkinan ada,” kata Winarto.

Baca juga artikel terkait STADION GBK atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Herdanang Ahmad Fauzan
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Ringkang Gumiwang