tirto.id - Mantan finalis Miss Puerto Rico Petite 1997 Áurea Vázquez Rijos tak bisa lagi keliling Eropa, mengubah gaya penampilan sesuka hati, dan plesiran lintas benua dengan menggunakan berbagai kartu identitas yang ia punya. Akhir Maret lalu, Pengadilan San Juan di Puerto Rico menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada Rijos setelah terbukti terlibat dalam aksi pembunuhan berencana atas sang suami, Adam Anhang, pada 22 September 2005.
“Aku kehilangan pria yang kucintai. Sebagian diriku ikut mati. Aku tidak bersalah dan waktu akan membuktikannya,” kata Rijos.
“Diam kau!” kata Abraham Anhang, ayah Adam Anhang, yang selama 12 tahun terakhir mengejar Rijos.
Entah berapa besar uang yang sudah dihabiskan pria eks-pengacara kota Winnipeg, Canada ini untuk mencari pembunuh anaknya. Untuk memecahkan kasus ini, Abraham menyewa jasa FBI hingga detektif profesional di berbagai kota, salah satunya di Milan, Italia, dengan tarif 1000 dolar AS per hari demi menangkap Rijos. Mantan menantunya itu cukup lihai bersembunyi di tempat-tempat yang tak punya aturan ekstradisi. Walhasil, proses investigasi kasus berlangsung begitu lambat.
Kemarahan Abraham Anhang memang berlipat ganda. Rijos bukan hanya pembunuh anaknya, tapi juga menantu yang tidak direstui. Pada 20 Maret 2019, Washington Post menyebutkan pernikahan Rijos dan Anhang dilangsungkan secara sembunyi-sembunyi.
Anhang menikahi Rijos setelah perempuan itu mengaku hamil. Namun, kendati dibohongi, Anhang tak segera menuntut cerai. Pasangan ini masih mencoba memperbaiki hubungan dengan mendatangi penyedia jasa konsultan pernikahan.
Media lokal Puerto Rico Telemundo menulis pendapat psikolog pemberi konseling yang menyatakan bahwa setelah beberapa kali mendatangi sesi konsultasi, Anhang mengusulkan untuk bercerai sambil tetap menjalani konseling dan menikah lagi di kemudian hari bila kondisinya membaik.
“Rijos keberatan karena ia curiga Anhang tidak akan menafkahinya dengan baik bila mereka bercerai,” tulis Luis Guardiola, jurnalis Telemundo.
Rijos dikabarkan khawatir kehilangan suami miliuner dengan kekayaan 24 juta dolar AS. Ia ingat betul akan perjanjian pra-pernikahan yang menyatakan dirinya berhak mendapat tiga persen total kekayaan bila sang suami meninggal. Rijos pun mulai mencari pembunuh bayaran dan akhirnya bertemu Alex Pabon Colon, pengedar narkotik yang kerap mangkal di klub malam milik Rijos, untuk membunuh suaminya.
Di depan Anhang ia bertindak seolah menyetujui rencana cerai sang suami. Sampai pada satu malam, pasangan ini sepakat makan malam berdua untuk membicarakan keperluan teknis perceraian. Setelah makan, Anhang diserang orang tak dikenal hingga tewas. Rijos menyaksikan kejadian itu. Tak lama berselang, ia angkat kaki ke Italia.
Globalnews mencatat bahwa selama di Italia, Rijos menjalin relasi romantis dengan pria lokal dan punya dua anak sehingga ia bisa menetap di negara tersebut. Ia juga bergabung dengan komunitas keagamaan dan mengarang cerita agar mereka mau membantu Rijos mengurus anak (kondisi finansial Rijos memang sempat terpuruk). Setelah itu ia menjalin relasi dengan pria kaya di Florence yang bersedia memberinya modal untuk membuka jasa agen pariwisata.
Usaha tersebut membuat kondisi finansial Rijos membaik. Tapi bisnis itu pula yang membuatnya tertangkap. Tim penyidik yang disewa ayah Anhang berpura-pura jadi klien agen perjalanan dan meminta Rijos untuk memandu tur di Spanyol.
Rios ditangkap di bandara Spanyol pada 2013. Dua tahun setelahnya, Rijos kembali ke AS setelah dijanjikan takkan dijatuhi hukuman mati.
Semua Demi Uang
Murders in The United States: Crimes, Killers, and Victims in the Twentieth Century (2001) karya R. Barri Flowers dan H. Loraine Flowers mencatat bahwa kasus pembunuhan yang dilakukan istri terhadap suami di AS mulai terjadi pada awal 1900-an. Waktu itu Amy Archer-Gilligan, perempuan yang bekerja sebagai pengasuh di panti wreda, membunuh lima laki-laki yang pernah jadi suaminya. Sebelum meracuni korban, ia selalu membeli polis asuransi.
Kasus serupa terjadi pada Betty Lou Beets. Pada 1985, perempuan ini dijatuhi hukuman mati karena telah membunuh dua dari lima pria yang pernah dinikahinya. Menurut penyelidikan polisi, pembunuhan dilakukan karena Beets mengincar dana pensiun dan uang asuransi.
Selain Beets, ada pula Shirley Goude Allen, Tillie Gbruek, Janie Lou Gibbs, dan Belle Gunnes yang membunuh demi uang tambahan. Nama-nama tersebut hanya segelintir dari puluhan nama janda pembunuh yang dicatat Barri dan Lorraine Flowers.
Sampai saat ini belum ditemukan data statistik per tahun terkait kasus pembunuhan yang dilakukan istri terhadap suami.
Beberapa pakar hanya mencoba untuk mencari tahu motif pembunuhan yang dilakukan para istri. Psychology Today meyakini bahwa keuntungan finansial memang jadi faktor utama. Selain itu, balas dendam dan kekerasan yang pernah dialami di masa kecil turut jadi faktor yang mempengaruhi tindak kekerasan.
“Biasanya kasus pembunuhan yang dilakukan perempuan tidak didasari alasan kekerasan dalam rumah tangga. Temuan yang ada menunjukkan pelaku merasa tidak nyaman dengan kondisi keuangannya,” tulis Belinda Parker dan Claire Ferguson dalam "Why some people in non-violent relationships kill their partner" yang terbit di The Conversation, Januari 2018.
Parker dan Ferguson, masing-masing berprofesi sebagai mahasiswa dan dosen senior Queensland University of Technology, Australia, menyebutkan beberapa alasan lain yang melatari pembunuhan domestik. Mereka menemukan bahwa 40% pelaku membunuh karena merasa iri dan takut bila pasangannya jatuh hati pada orang lain. Selain itu ada pula yang membunuh karena takut pasangannya akan hidup menderita sepanjang hidup.
“Kejadian itu dilatarbelakangi cinta. Kami menyebutnya altruistic homicide. Persentasenya memang masih sedikit,” tulis mereka.
Editor: Windu Jusuf