tirto.id - Francis Pretty merupakan salah satu dari lima belas orang di kapal yang dipimpin Sir Francis Drake, yang melakukan perjalanan keliling dunia pada tahun 1577. Ia bertugas membuat catatan perjalanan yang dimulai dari Pelabuhan Plymouth, Inggris, pada 15 November 1577 dengan lima kapal dan 164 orang kru.
Sir Francis Drake merupakan seorang penjelajah dan bajak laut terkenal yang hidup pada abad ke-16. Perjalanannya mengelilingi dunia bisa dikatakan yang pertama kali dilakukan oleh warga berkebangsaan Inggris.
Ia memimpin perjalanan ketika kapal-kapalnya hampir hancur karena badai yang sangat dahsyat di sekitar perairan Cornwall dan harus kembali ke Plymouth untuk memperbaiki kapal.
Setelah itu, ekspedisi kembali dilanjutkan pada 13 Desember 1577.
Dalam perjalanannya, rombongan menemukan pulau-pulau di sekitar kepulauan Cape Verde, pesisir barat Afrika. Beberapa bulan kemudian, mereka singgah di Teluk Guanabara di Brasil untuk membuat lagi satu kapal. Di teluk itu, mereka juga menemukan buah ara, kambing liar, dan ayam hutan.
Pelayaran lantas berlanjut ke Selatan hingga ke Selat Magellan di ujung Benua Amerika, di mana mereka kehilangan satu kapal di tengah badai. Mereka lalu berinteraksi dengan penduduk asli yang tinggi di Chili, namun malah terlibat konflik saat salah satu krunya, Thomas Doughty, diculik dan dihukum mati.
Mereka kemudian pergi ke Peru dan menjarah kapal-kapal Spanyol dan menemukan banyak harta karun. Akhirnya mereka berlayar kembali ke Inggris melalui Tanjung Harapan dan tiba di Plymouth pada 26 September 1580.
Di California, jejak penjelajahan Sir Francis Drake ditemukan pada sebuah lempeng tembaga yang diyakini sebagai penghargaan dari Ratu Elizabeth I atas keberaniannya menjelajahi dunia.
Selama 70 tahun, artefak yang dikenal dengan “Drake’s Plate” dianggap sebagai bukti asli hubungan Inggris dan penduduk California, sebelum akhirnya dinyatakan palsu dan lelucon belaka pada tahun 2003 silam lewat berbagai penelitian ilmiah.
Perompak dan Navigator Ulung
Sir Francis Drake adalah seorang navigator dan bajak laut terkenal dari Inggris pada abad ke-16. Dia lahir di dekat Tavistock, Devonshire antara tahun 1540 dan 1545. Ayahnya adalah seorang petani yang kemudian menjadi pengkhotbah di Chatham, London selatan.
Drake pertama kali berlayar di kapal dagang Inggris saat memasuki Sungai Thames. Keluarganya terkait dengan keluarga Hawkins yang kaya di Plymouth.
Setelah melakukan beberapa pelayaran, Drake menerima posisi sebagai kapten kapal di skuadron John Hawkins, yang terlibat dalam perdagangan budak dari Afrika ke koloni Spanyol di Hindia Barat.
Salah satu prestasi terbesar Drake adalah ekspedisi keliling dunianya antara tahun 1577 dan 1580. Dia memimpin kapal Golden Hind dalam perjalanan ini, menjelajahi pantai barat Amerika Selatan, menyeberangi Samudra Pasifik, dan mengelilingi Tanjung Harapan, Afrika, sebelum kembali ke Inggris.
Ia juga terkenal karena serangannya terhadap kapal-kapal dan permukiman Spanyol. Dia berhasil menangkap beberapa kota dan pelabuhan Spanyol serta berperan penting dalam kekalahan Armada Spanyol Philip II di Gravelines pada tahun 1588.
Drake juga terlibat dalam upaya pembentukan koloni Inggris di Amerika Utara. Dia melakukan eksplorasi pesisir barat Amerika Utara, yang dia klaim atas nama Inggris.
Jejak Kontroversialnya di Amerika Utara
Kontribusi Sir Francis Drake dalam sejarah Amerika Utara adalah bahwa dia melakukan pelayaran yang menghasilkan pemetaan pertama dari sebagian besar pantai barat Amerika Utara.
Setelah menjarah pelabuhan dan kapal Spanyol, Drake dan krunya mendarat di sepanjang pantai barat Amerika Utara untuk memperbaiki kapal mereka dan mengklaim tanah tersebut atas nama Ratu Elizabeth I dari Inggris.
Namun, lokasi persis pendaratan mereka telah menjadi sumber perselisihan selama bertahun-tahun. Pada tahun 1875, seorang geografer Inggris bernama George Davidson mengidentifikasi sebuah teluk di sebelah barat laut San Francisco, yang kemungkinan besar sebagai lokasi pendaratan dan mengubah namanya menjadi Drakes Bay.
Pendaratan ini diterima dengan baik oleh penduduk California, yang melihat Drake sebagai pendiri Inggris dari negara bagian tersebut.
Tetapi, Davidson menyimpulkan bahwa Drake tidak pernah memasuki Teluk San Francisco sebagaimana dikutip Robert F. Heizer dalam bukunya “Francis Drake and the California Indians” (2022).
Seorang sopir lokal kemudian menemukan sebuah artefak di dekat Drake's Bay di Marin County, California pada tahun 1933. Artefak yang dikenal dengan “Drake's Plate” kemudian ditemukan kembali oleh seorang asisten toko bernama Beryle Shinn dan dibeli oleh Dr. Herbert Bolton dari University of California Berkeley.
Bukti sejarah tersebut lantas diklaim sebagai bukti kedatangan Sir Francis Drake di California pada tahun 1579. Namun, ada banyak kontroversi seputar keaslian dan keabsahan Drake's Plate.
Tembaga itu berukuran sekitar 15 x 20 inci dengan tulisan dalam bahasa Latin yang mengklaim bahwa Drake telah mendarat di California dan mengklaim wilayah tersebut atas nama Ratu Elizabeth I.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh dua ahli nuklir pada 1977 membuktikan bahwa piringan tembaga yang diyakini sebagai milik Sir Francis Drake adalah palsu.
Penelitian neutron aktivasi yang dilakukan oleh Helen Michel dan Frank Asaro menunjukkan bahwa tembaga tersebut diproduksi antara paruh terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Mereka juga menemukan bahwa tingkat zat kimia pada tembaga tersebut terlalu rendah untuk teknik manufaktur Inggris pada abad ke-16.
Teknik neutron aktivasi memungkinkan peneliti untuk mempelajari unsur-unsur kimia dalam suatu sampel dengan mengukur radiasi yang dipancarkan oleh sampel tersebut setelah diberi radiasi neutron.
Selain itu, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan adanya pemberian piring oleh Ratu Elizabeth I kepada Sir Francis Drake.
Setelah piringan tembaga tersebut terbukti palsu, para peneliti mengumumkan hasil temuan mereka kepada James Hart, direktur Perpustakaan Bancroft saat itu.
Hart kemudian mempublikasikan hasil temuan tersebut dan menunjukkan bahwa piringan tersebut tidak otentik. Namun, misteri tentang siapa yang melakukan kebohongan tersebut masih belum terungkap hingga konferensi pers yang diadakan di Universitas California pada tahun 2003.
Motif Pemalsuan
Dalam konferensi pers di Universitas California pada tahun 2003, sekelompok sejarawan mengklaim bahwa “Drake’s Plate” sengaja dirancang sebagai lelucon praktis oleh beberapa teman Herbert E. Bolton, yang merupakan direktur Perpustakaan Bancroft dari 1920 hingga 1940.
Para sejarawan menemukan bukti yang menunjukkan keterlibatan anggota masyarakat dalam melakukan hoax.
Bolton kerap menceritakan kisah Drake yang memposting piringan tersebut untuk menandai pendaratan California-nya. Para teman Bolton kemudian membuat piringan palsu tersebut sebagai lelucon.
Namun, rencana mereka menjadi kacau ketika Bolton secara publik memvalidasi temuan tersebut sebelum teman-temannya bisa mengakuinya sebagai kebohongan.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh California Historical Society, para peneliti mengungkap bahwa pelakunya adalah sekelompok pria terkemuka yang aktif di dunia sejarah dan seni Bay Area yang dikenal dengan E Clampus Vitus.
Kelempok tersebut menyatakan dirinya sebuah kelompok persaudaraan yang didedikasikan untuk pemasangan plakat sejarah dan perlindungan janda dan yatim piatu. Persaudaraan ini terdiri dari para penggemar sejarah California yang suka bermain-main dan bercanda.
Mereka biasanya membuat plakat palsu sebagai lelucon untuk mengejek sesama anggota persaudaraan mereka.
Mereka termasuk G. Ezra Dane, anggota terkemuka dari Clampers - sebutan bagi anggota E Clampus Vitus - dan California Historical Society. Dia terlibat dalam memprakarsai kebohongan.
Kemudian ada George Haviland Barron, kurator sejarah California di Museum de Young San Francisco hingga 1933 dan anggota terkemuka California Historical Society. Dia yang merancang piring palsu.
Lalu George C. Clark, seorang penemu, kritikus seni, penilai seni dan teman Barron, yang mengukir tulisan latin dan peta pada Drake Plate. Dan Lorenz Noll, seorang dealer seni dan restorer.
Mereka diyakini telah membantu dengan penyematan huruf "ECV" yang diterapkan ke bagian belakang tembaga.
Herbert Bolton sendiri merupakan direktur The Bancroft Library dari 1920-1940 dan Sather Professor of American History. Dia juga, seperti Dane, anggota California Historical Society dan Clampers.
Melissa Darby, seorang arkeolog dari Portland State University, dalam sebuah buku “Thunder Go North: The Hunt for Sir Francis Drake's Fair and Good Bay” (2019) mengklaim bahwa Bolton ikut terlibat dalam penyebaran hoax karena tidak menguji keaslian plakat yang ia terima dari Beryle Shinn.
Darby juga menggunakan beberapa bukti untuk mendukung klaimnya bahwa Sir Francis Drake mungkin tidak pernah sampai di California. Dia mengutip dokumen resmi Inggris yang menunjukkan bahwa Drake sedang dalam misi rahasia pemerintah eksplorasi dan perdagangan.
Dia juga menyoroti dokumen kontemporer yang mengindikasikan bahwa Drake sedang mencari Jalur Barat Laut sebagai cara untuk kembali ke Inggris, yang akan mengarah pada jalur yang lebih ke utara dan menyebutkan lintang yang tidak sesuai dengan lokasi California.
Meskipun dianggap sebagai pahlawan di Inggris, tindakan Sir Francis Drake menciptakan ketegangan dengan Spanyol, yang melihatnya sebagai seorang bajak laut. Namun di sisi lain, tindakannya juga membantu membangun kekuatan Inggris di lautan dan mengukuhkan status Inggris sebagai kekuatan maritim global.
Sedangkan kehadirannya di California dipandang sebagai asal usul alternatif untuk menggantikan kisah misionaris Spanyol dan penduduk asli Amerika Utara.
Kontroversi seputar lokasi pendaratannya terus membentuk narasi sejarah dan identitas California hingga hari ini.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Dwi Ayuningtyas