tirto.id - Wakil Ketua DPR RI Dasco Sufmi Ahmad meminta pemerintah untuk membentuk satuan tugas terpadu yang terdiri atas gabungan kementerian dan lembaga untuk menangani persoalan buruh migran yang tersebar di sejumlah negara di dunia.
Hal itu disampaikan sebagai bentuk respons atas masalah buruh migran yang meninggal pusat tahanan imigrasi di Sabah, Malaysia.
"Perlu dibentuk satu Satgas yang berkoordinasi secara terpadu untuk menangani dan memantau pekerja Indonesia di luar negeri," kata Dasco di Gedung DPR RI pada Rabu (29/6/2022).
Dasco meminta untuk tidak menyalahkan individu lembaga, namun lebih mendorong agar ada kerja kolektif sehingga pengentasan buruh migran bisa segera selesai.
"Kita tidak bisa menyalahkan satu lembaga tapi perlu berkoordinasi dalam mengatasi masalah pekerja-pekerja ini. Sehingga dengan koordinasi bisa lebih mudah," ujarnya.
Dirinya juga enggan menyebut bahwa pemerintah selaku penanggung jawab atas kehidupan buruh migran lalai. Namun dia meminta masing-masing lembaga bisa lebih tegas dalam memonitor kerja.
"Hal itu butuh penanganan dan kerjasama antar lembaga. Antara beberapa pihak dan kementerian agar bisa termonitor, sehingga kita tidak bisa menyampaikan bahwa lembaga negara kecolongan atas kasus tersebut," terangnya.
Sebelumnya, Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) melaporkan sebanyak 18 WNI meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi(DTI) Tawau, Sabah, Malaysia, selama periode Januari sampai Maret 2022.
Angka tersebut diyakini oleh KBMB terus bertambah. Pasalnya pada 5 pusat tahanan imigrasi di Sabah, Malaysia tersebut, kasus kematian buruh migran Indonesia terus menerus terjadi.
"Di kelima pusat tahanan imigrasi di Sabah, kasus kematian yang dialami buruh migran asal Indonesia terjadi secara terus menerus. Karenanya, angka tersebut adalah angka minimal, kami yakin jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi," tulis Koordinator KBMB, Suryani dikutip dari laman resminya, Senin, (27/6/2022).
Selain itu, KBMB juga melaporkan angka kematian WNI di pusat tahanan imigrasi Sabah mencapai 101 orang sepanjang tahun 2021, dan 48 orang selama Januari-Juni 2022.
"Menurut data yang kami dapatkan dari Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, jumlah warga negara Indonesia yang meninggal di seluruh pusat tahanan imigrasi di Sabah pada tahun 2021 sebanyak 101, dan 2022 (Januari – Juni) sebanyak 48 orang. Itu artinya dalam 1,5 tahun saja, ada 149 warga negara Indonesia yang meninggal di pusat tahanan imigrasi di Sabah, Malaysia. Jumlah ini telah menunjukan betapa tragisnya peristiwa kematian yang terjadi di bawah otoritas Depot Tahanan Imigrasi di Sabah," terang Suryani.
KBMB juga mengungkapkan kondisi pusat tahanan imigrasi di Sabah yang tidak layak. Mereka merinci mulai dari over kapasitas, kondisi yang kotor hingga keterbatasan jumlah toilet.
"Kecuali DTI Sandakan, seluruh pusat tahanan imigrasi di Sabah mengalami persoalan kelebihan kapasitas. Dengan rata-rata luas 8 x 12 meter, setiap blok dihuni oleh 200 – 260 orang," sebut Suryani.
"Setiap DTI hanya memiliki satu toilet bersama dengan rata-rata tiga lubang toilet. Jumlah ini tentu saja jauh dibawah cukup untuk penghuninya yang berjumlah di atas 200 orang. Itupun di banyak blok laki-laki, hanya satu lobang toilet yang tidak mampat. Sisanya mampat dan membuat kotoran manusia bertumpuk," katanya menambahkan.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Restu Diantina Putri