tirto.id - Dosen dan mahasiswa Universitas Trisakti serta keluarga korban mengenang Tragedi Trisakti 1998. Pada Jumat (12/5) ini tepat 19 tahun lalu empat mahasiswa Trisakti meninggal akibat luka tembak dari peluru aparat saat menggelar aksi demonstrasi menurunkan Presiden Soeharto dari jabatannya.
Pada Jumat ini mereka menggelar napak tilas saat demonstrasi 1998 itu terjadi.
Laporan Antara menyebutkan, ratusan pengajar dan mahasiswa perguruan tinggi memadati lapangan parkir Kampus A, Trisakti. Mereka membawa keranjang penuh bunga warna-warni, sambil berbaris di belakang empat bingkai besar, yang masing-masing terpasang gambar wajah laki-laki muda.
Empat sosok dalam bingkai tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie, mahasiswa Trisakti yang gugur pada saat melakukan aksi damai memperjuangkan reformasi di halaman kampus tersebut.
Rektor Universitas Trisakti Ali Ghufron Mukti memimpin langsung acara tabur bunga di empat titik, yang menjadi lokasi tewasnya para mahasiswa itu. Tabur bunga juga diikuti keluarga korban diiringi alunan lagu Gugur Bunga karangan Ismail Marzuki.
Prosesi ini kemudian berakhir dengan dilaksanakannya tabur bunga di Monumen 12 Mei Reformasi, tugu setinggi tiga meter yang dibangun untuk mengenang empat pahlawan reformasi tersebut.
"Kita berkeinginan agar semua komponen bangsa mengingat empat pahlawan yang gugur ini. Mereka tidak begitu saja hilang, mereka membawa nilai reformasi yang betul-betul ingin kita perjuangkan agar Indonesia bisa lebih maju," kata Ali Ghufron Mukti, yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi itu.
Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan empat mahasiswa Trisakti yang gugur itu sebagai pahlawan reformasi melalui Keppres 057/PK/2005 tertanggal 15 Agustus 2005.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH