Menuju konten utama

Donatur Penting Gerakan Maute di Marawi Tewas

Mahmud bin Ahmad yang menjadi donatur bagi kelompok militan di Marawi dilaporkan tewas sejak 7 Juni lalu.

Donatur Penting Gerakan Maute di Marawi Tewas
Pemandangan basis kelompok Maute dengan sebuah bendera ISIS di kota Marawi di selatan Filipina, Senin (29/5). ANTARA FOTO/REUTERS/Erik De Castro.

tirto.id - Laporan intelijen Filipina mengungkapkan bahwa militan asal Malaysia Mahmud bin Ahmad yang menjadi donatur para militan dari Kelompok Maute di Marawi dilaporkan tewas pada Rabu (7/6/2017) karena mengalami luka-luka setelah pertempuran di Marawi pada awal Juni lalu.

Hal itu diungkapkan oleh pihak militer Filipina Jenderal Eduardo Ano kepada The Associated Press dalam wawancara melalui telepon, Jumat (23/6/2017). Ia mengungkapkan bahwa pihak militer sedang berusaha untuk menemukan lokasi makam dari Mahmud bin Ahmad yang juga dibantu oleh warga sipil untuk memvalidasi laporan intelijen yang telah diterima tersebut.

Ano mengungkapkan bahwa Mahmud diduga telah menyalurkan lebih dari 30 juta peso atau sekitar 600.000 dolar AS dari kelompok ISIS untuk mendapatkan senjata api, makanan dan persediaan lainnya guna melakukan serangan di wilayah tersebut.

Pejabat keamanan Malaysia juga telah menerima informasi tentang tewasnya Mahmud di Marawi dan mencoba untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Seorang pemimpin militan lokal Omarkhayam Maute juga diyakini telah terbunuh pada hari-hari pertama pertempuran di Marawi. Dua pemimpin militan lokal lainnya, yakni Isnilon Hapilon dan saudara laki-laki Omarkhayam Maute yakni Abdullah Maute, masih bersama para militan lainnya dan terus berperang di Marawi, kata Ano.

Perlu diketahui, Omarkhayam Maute dan Abdullah Maute adalah dua bersaudara yang memimpin kelompok militan Maute, sedangkan Isnilon Hapilon adalah pemimpin kelompok penculik Abu Sayyaf, dan juga bagian dari kelompok teroris ISIS di Filipina. Faksi pro ISIS dari Abu Sayyaf pimpinan Hapilon dibantu oleh Mahmud bin Ahmad, yang disebut-sebut sebagai otak di balik aliansi kelompok militan Maute-Abu Sayyaf.

Bulan lalu, sekitar 500 militan lokal, bersama beberapa pejuang asing, menyerbu Marawi. Sedikitnya 69 tentara dan polisi serta 26 warga sipil tewas dalam pertempuran tersebut. Para militan juga berhasil menduduki sebagian besar kota selama berminggu-minggu.

Hal itu mengejutkan pemerintah dan militer setempat dan memicu ketakutan di antara pemerintah Asia Tenggara bahwa ISIS secara serius bergerak untuk mendapatkan pijakan di Asia Tenggara. Sebelumnya, Australia mengatakan bahwa Filipina telah menerima tawaran bantuan. Menteri Pertahanan Marise Payne mengatakan Australia akan menggelarkan dua pesawat Orion AP-3C untuk memberikan dukungan pengawasan kepada militer Filipina.

Menteri Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano dan rekan-rekannya di Malaysia dan Indonesia bertemu dalam pertemuan tertutup selama satu hari penuh dengan pejabat keamanan terkemuka di Manila untuk membahas krisis Marawi. Mereka menyetujui sebuah rencana aksi untuk memerangi terorisme dan ekstremisme serta menghadapi peluang para pejuang asal Asia yang kembali ke wilayah mereka dari Suriah dan Irak, akibat kelompok ISIS yang mulai kehilangan wilayah kekuasaan di Timur Tengah.

Ano mengatakan bahwa pertempuran di Marawi akan memakan waktu lebih lama karena pihak militer mengalami kendala dalam menumpas para militan sebab militan menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan tidak memiliki keraguan untuk menghancurkan seluruh kota dan membunuh siapa pun yang mereka temui di jalan.

Baca juga artikel terkait MILITAN MAUTE atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora