Menuju konten utama

Donald Trump Pastikan Akan Kenakan Pajak Perbatasan Besar

Donald Trump kembali menegaskan rencananya untuk mengenakan pajak perbatasan yang besar untuk produk milik perusahaan yang merelokasi pabriknya dari AS ke negara lain. 

Donald Trump Pastikan Akan Kenakan Pajak Perbatasan Besar
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu dengan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump (kanan) di Trump Tower di Manhattan, New York, Kamis (17/11). ANTARA FOTO/Cabinet Public Relations Office/Handout via Reuters/djo/16

tirto.id - Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump masih terus menyuarakan rencananya, yang akan memberlakukan kebijakan ekonomi proteksionis, meskipun banyak pihak mengkritiknya.

Di konferensi pers perdananya pada Rabu (11/1/2017), Trump menyatakan akan benar-benar memberlakukan pajak perbatasan bernilai tinggi bagi korporasi, yang merelokasi pabrik produksi dari AS ke negara lain, tapi menjual produknya ke pasar negeri Paman Sam.

"Akan ada pajak perbatasan besar pada perusahaan-perusahaan yang meninggalkan AS," kata Trump di New York seperti dikutip Antara.

Tapi, di konferensi pers pertamanya sejak resmi memenangi pemilu AS itu, Trump menolak menjelaskan rincian detail mengenai rencana tersebut. Dia hanya menjelaskan pajak perbatasan, yang akan menjadi tarif impor, itu akan menjadi insentif bagi sektor produksi dalam negeri AS.

"Bila anda ingin memindahkan pabrik anda ke Meksiko atau tempat lain, dan Anda ingin memecat semua pekerja anda dari Michigan hingga Ohio dan semua tempat-tempat yang saya menang (di pemilu), untuk alasan yang baik, itu tidak akan terjadi seperti itu lagi," ujar Trump.

Pernyataan Trump itu menegaskan bahwa sikapnya tersebut sudah bulat dan akan benar-benar diberlakukan begitu Presiden AS dari Partai Republik tersebut resmi menjalankan pemerintahan.

"Anda punya banyak tempat, Anda dapat memindahkan, dan saya tidak peduli, selama itu di Amerika Serikat, perbatasan Amerika Serikat," ujar dia.

Pernyataan Trump ini semakin membenarkan kekhawatiran banyak pelaku pasar dan sejumlah otoritas perekonomian nasional maupun dunia mengenai kecenderungan AS ke depan yang akan memberlakukan kebijakan ekonomi proteksionis.

Sebelumnya, dalam beberapa pekan terakhir, Trump telah menekan Ford, General Motors, Toyota dan perusahaan-perusahaan lainnya agar membawa pabrik-pabrik mereka kembali ke AS. Lewat sejumlah pernyataannya di media sosial, Trump mengancam untuk memberlakukan pajak perbatasan besar bagi produk perusahaan-perusahaan yang mengalihkan lokasi produksinya ke Meksiko.

Ancaman Trump yang terakhir menyasar pabrikan otomotif raksasa asal Jepang, Toyota Motor Corporation. Sebabnya, korporasi itu berencana mengoperasikan pabrik produksi mobil Corolla di Meksiko pada 2019.

Beberapa hari setelah ancaman itu keluar, pemerintah Jepang merespon lewat pernyataan resmi Menteri Perdagangan, Hiroshige Seko, yang mengingatkan Trump mengenai kontribusi besar banyak perusahaan asal negaranya bagi sektor ketenagakerjaan AS.

Pihak Toyota juga menjawab kecaman Trump itu dengan mengumumkan pernyataan resmi mengenai rencana perusahaan tersebut yang akan berinvestasi $10 miliar di AS selama lima tahun ke depan.

Meskipun sikap Trump mengenai isu pajak perbatasan ini tampak sudah bulat, sejumlah pejabat pemerintahan untuk urusan perdagangan di AS di era pemerintahan Presiden Barack Obama menyatakan penolakannya. Mereka mengkhawatirkan kebijakan semacam itu bisa mengundang tantangan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Proteksionisme yang digagas Trump itu juga bisa menggeret perusahaan-perusahaan AS keluar dari rantai pasokan global sehingga akan menggerus kualitas daya saingnya di pasar internasional.

"Diskriminasi impor itu akan meningkatkan kekhawatiran perdagangan internasional dan, tentu saja, hal itu memiliki dampak yang signifikan pada setiap konsumen atau bisnis (di AS) yang bergantung pada impor sebagai masukan," kata Perwakilan Perdagangan AS, Michael Froman pada Selasa (10/1/2017) dalam sebuah wawancara dengan Financial Times.

Baca juga artikel terkait IMPOR atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hard news
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom