tirto.id - Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Andono Warih mengatakan, saat ini Pemprov DKI Jakarta telah memiliki lima fixed station dan tiga mobile station untuk memantau udara.
Harga satu alat pemantau kualitas udara mencapai Rp5 miliar, sehingga delapan alat ini total nilainya sekitar Rp40 miliar.
"Satu alat sekitar Rp5 miliar. Kita kan sudah ada 8 alat," ujar dia, kepada wartawan, Jumat (5/7/2019) siang.
Jika nanti terdapat penambahan alat, kata dia, maka akan dipasang di beberapa lolasi tertentu. Namun, belum diketahui mana saja lokasi yang akan diberi alat pemantau.
Hasil dari pantauan alat ini, kata dia, dapat melihat melalui situsweb milik Pemprov DKI Jakarta.
"Data itu ada di Jakarta Smart City. Lihat saja di link lingkungan hidup. Tapi emang belum ada mobile APP, itu akan dibuat. Kami sudah ada datanya, tapi belum sampai ke sana," ujar dia.
Menurut dia, alat pengukur kualitas udara itu tersebar pada sejumlah titik yakni di Jakarta Barat, Hotel Indonesia (HI), Jagakarsa Jakarta Selatan, Lubang Buaya Jakarta Timur, dan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Tiga alat lainnya, kata dia, dipakai untuk beberapa tempat.
"Pernah juga di car free day di Sudirman. Itu pindah-pindah lah," ucap dia.
Meskipun sudah memiliki delapa alat pengukur kualitas udara, dirinya menuturkan belum bisa mencukupi untuk memantau seluruh wilayah DKI Jakarta.
"Iya betul sekali [belum bisa menjangkau]. Tapi kan kami representasi nya itu per alat per wilayah. Kalau meng-cover semua, belum tipologi wilayah terwakili. Tapi perwakilan kota ada," ujar dia.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Zakki Amali