tirto.id - Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat akan tetap melanjutkan kebijakan normalisasi anak Sungai Ciliwung jika memenangkan Pilkada. Menurut Djarot kebijakan normalisasi telah mendapat dukungan sejumlah warga DKI jakarta. "Kita teruskan. Pak RW bilang, masyarakat bilang 'nanti akan kita bantu'. Mereka akan bantu kita. Untuk tetap normalisasi," kata Djarot saat mengunjungi kawasan anak Sungai Ciliwung di kawasan Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (21/01/2017).
Djarot agaknya tak hirau dengan beragam kritik tentang penggusuran yang dialamatkan kepada dirinya. Menurutnya kebijakan normalisasi sungai hanya bisa berjalan dengan cara menggusur bangunan ada di atasnya. ”Kalau seumpama itu ada di atasnya sungai, masa engga dibongkar? Ya dibongkar dong. Gak ada masalah masyarakat sini. Dibongkar dong. Digeser ke mana? gak bisa. Masa ke atas.”
Dalam agenda kampanye tersebut, ia menyampaikan normalisasi berhasil mengurangi daerah rawan banjir. “Kalau saluran-saluran ini bisa kita keruk ya otomatis banjir berkurang. Sekarang ini kita lihat wilayah titik banjir di Jakarta berkurang drastis,” ungkapnya.
Normalisasi tidak rapih
Ketua RW 9 Kelurahan Mangga Dua Selatan, Kelik Pramono, mengatakan ada sembilan RW di wilayah Kelurahan Mangga Dua Selatan yang dilintasi anak Ciliwung. Tahun lalu, normalisasi membongkar lebih dari 20 bangunan di sepanjang bantaran sungai. “Ada lebih dari dua puluh rumah yang dibongkar, sepanjang eksotik sampai perbatasan Jakarta barat,” katanya.
Ia juga mengakui sebenarnya warga mendukung program pemerintah, namun, ia menilai, normalisasi itu terkesan dilakukan terburu-buru. Sehingga tidak ada tindak lanjut untuk memperindah daerah bantaran sungai tersebut.
“Tahun kemarin itu normalisasi, pelebaran, sudah terjadi. Tapi setelah normalisasi tidak ada kerapihannya lagi. Ditinggalkan. Karena saya lihat, kerjanya camat dengan lurah ini kesannya ini terburu-buru,” jelasnya.
Ia juga mengeluhkan tidak adanya tindak lanjut dalam hal pembuatan tanggul atau turap. Padahal, ia mengatakan, sebelum normalisasi dilakukan hal itu telah dijanjikan oleh pihak kecamatan.
“Karena dia bilang waktu normalisasi ini dia akan langsung membuat turap dengan batu kali. Tapi ternyata setahun ini kita tagih pun gak ada. Kita malah disuruh musrembang. Tapi di dalem musrembang itu templatenya 2017-2018 ternyata pakai batu kali ga bisa”.
Sayangnya, hal tersebut tidak dapat tersampaikan kepada Djarot. Kelik mengatakan hal tersebut lantaran Djarot tak memiliki banyak waktu untuk berdialog dengan warga saat berkunjung tadi siang.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Jay Akbar