tirto.id - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Ari Askhara mengakui perombakan jajaran direksi dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Ari juga tak menampik bahwa kondisi Garuda Indonesia saat ini sedang mengalami kesusahan akibat rupiah yang terdepresiasi dan harga minyak yang cenderung meningkat.
“Untuk tujuan perombakan bisa ditanyakan ke pemegang saham. Namun kami harus memberikan yang terbaik kepada Garuda, dengan berniat mengurangi kerugian. Targetnya di bawah 100 juta dolar AS,” kata Ari dalam jumpa pers di Cengkareng pada Rabu (12/9/2018).
Ari mengatakan, jajaran direksi yang terbaru ini merupakan kombinasi tepat. “[Formasi direksi] Ini memang diturunkan tim yang pernah bekerja di sini. Terbukti dari beberapa rekam jejak yang bisa melakukan perubahan,” ungkap Ari.
Ia pun membantah apabila pergantian direksi disebabkan oleh miskomunikasi yang sempat terjadi antara manajemen Garuda Indonesia dengan serikat pekerjanya.
Pasalnya, kata Ari, jajaran direksi yang baru telah menjalin komunikasi dengan Sekarga (Serikat Karyawan Garuda) maupun APG (Asosiasi Pilot Garuda). Ia lantas mengklaim bahwa serikat pekerja pada dasarnya tidak memiliki masalah dengan manajemen Garuda Indonesia yang lama.
Sebelum akhirnya menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari sendiri pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko pada Desember 2014-April 2016. Ia pun merupakan Direktur Utama PT Pelindo III (Persero) sejak Mei 2017.
Dalam rangka mengembalikan kinerja perseroan, Ari mengaku telah menyiapkan tiga fokus utama. Adapun ketiga fokus utama tersebut adalah melakukan transformasi pada sumber daya manusia, meningkatkan pendapatan, serta mengevaluasi struktur biaya.
“Garuda Indonesia kan pelanggannya cukup tersegmentasi, tapi produk kita cuma satu. Kita harus mengubah dan memperbaiki itu, sehingga struktur biaya bisa menekan hal-hal, seperti [depresiasi] rupiah dan harga minyak yang naik,” kata Ari.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto